Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepas Liar Satwa ke Alam Bisa Bantu Kurangi CO2, Kok Bisa?

Kompas.com, 26 Februari 2025, 16:20 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi dari Universitas Leeds di Inggris menemukan hubungan menarik antara mengembalikan satwa ke alam liar dengan aksi iklim.

Menurut studi yang dipublikasikan di Ecological Solutions and Evidence, melepas liarkan (reintroduksi) satwa ke habitatnya berpotensi membantu mengurangi karbon diokasida (CO2) di atmosfer.

Temuan tersebut didapat setelah peneliti melakukan simulasi pelepasliaran serigala di wilayah Dataran Tinggi Skotlandia.

Serigala (Canis lupus) di Skotlandia benar-benar punah karena perburuan manusia. Serigala terakhir diklaim dibunuh sekitar 250 tahun yang lalu.

Pemberantasan predator puncak itu kemudian menghancurkan ekosistem hutan karena rusa merah yang merupakan mangsa serigala dapat berkembang biak tanpa henti.

Baca juga: Pembangunan Perumahan Baru Gagal Lindungi Satwa Liar

Akibatnya, kini, ada sekitar 400.000 rusa merah yang hidup, menginjak-injak dan menggerogoti pohon-pohon muda yang sebenarnya bisa tumbuh menjadi hutan lebat.

Skotlandia pun menjadi salah satu negara di Eropa yang memiliki tutupan hutan asli terendah, hanya kurang dari 4 persen.

Mengutip Science Alert, Rabu (26/2/2025), secara teori, mengembalikan serigala ke alam liar Skotlandia akan mengurangi jumlah rusa sehingga memberi kesempatan hutan untuk tumbuh kembali.

"Kita perlu melihat peran potensial dari proses alami seperti reintroduksi spesies untuk memulihkan ekosistem kita yang terdegradasi dan ini pada gilirannya dapat memberikan manfaat tambahan bagi pemulihan iklim dan alam," kata penulis utama dan ilmuwan lingkungan Dominick Spracklen dari Universitas Leeds.

Simulasi para ilmuwan menunjukkan bahwa reintroduksi (pelepasliaran) di empat area utama Skotlandia dapat menghasilkan populasi sekitar 167 serigala, cukup untuk mengurangi kepadatan populasi rusa di area tersebut menjadi hanya empat per kilometer persegi dalam waktu dua dekade.

Sehingga setiap serigala memiliki potensi dalam menumbuhkan kembali hutan yang kemudian mampu menyerap 6.080 metrik ton CO2 setiap tahun.

Baca juga: Efisiensi Anggaran, Kemenhut Ajak Swasta untuk Konservasi Satwa Liar

Perluasan hutan asli yang dihasilkan juga diproyeksikan akan menyerap 100 juta metrik ton CO2 selama 100 tahun sehingga cukup memberikan kontribusi penting bagi target iklim nasional.

"Ekspansi hutan dalam skala besar, yang difasilitasi melalui kembalinya serigala, dapat berkontribusi pada target iklim nasional dan dapat memberikan potensi manfaat ekonomi bagi pemilik lahan dan masyarakat melalui pembiayaan karbon," tulis para penulis.

Namun, dapat dipahami bahwa ada masalah keselamatan yang perlu dipertimbangkan.

"Konflik manusia-satwa liar yang melibatkan karnivora adalah hal yang umum dan harus ditangani melalui kebijakan publik yang memperhitungkan sikap masyarakat agar reintroduksi berhasil," kata ahli ekologi dan petani Lee Schofield, yang turut menulis makalah ini.

Namun penyerapan karbon serta potensi manfaat finansial yang terkait reintroduksi serigala bisa menjadi pertimbangan dan memberikan wawasan baru terhadap pemilik dan pengelola lahan.

Baca juga: Kepala Daerah Didesak Bereskan 5 Masalah terkait Krisis Iklim di Jabodetabek

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau