KOMPAS.com - Studi dari Universitas Leeds di Inggris menemukan hubungan menarik antara mengembalikan satwa ke alam liar dengan aksi iklim.
Menurut studi yang dipublikasikan di Ecological Solutions and Evidence, melepas liarkan (reintroduksi) satwa ke habitatnya berpotensi membantu mengurangi karbon diokasida (CO2) di atmosfer.
Temuan tersebut didapat setelah peneliti melakukan simulasi pelepasliaran serigala di wilayah Dataran Tinggi Skotlandia.
Serigala (Canis lupus) di Skotlandia benar-benar punah karena perburuan manusia. Serigala terakhir diklaim dibunuh sekitar 250 tahun yang lalu.
Pemberantasan predator puncak itu kemudian menghancurkan ekosistem hutan karena rusa merah yang merupakan mangsa serigala dapat berkembang biak tanpa henti.
Baca juga: Pembangunan Perumahan Baru Gagal Lindungi Satwa Liar
Akibatnya, kini, ada sekitar 400.000 rusa merah yang hidup, menginjak-injak dan menggerogoti pohon-pohon muda yang sebenarnya bisa tumbuh menjadi hutan lebat.
Skotlandia pun menjadi salah satu negara di Eropa yang memiliki tutupan hutan asli terendah, hanya kurang dari 4 persen.
Mengutip Science Alert, Rabu (26/2/2025), secara teori, mengembalikan serigala ke alam liar Skotlandia akan mengurangi jumlah rusa sehingga memberi kesempatan hutan untuk tumbuh kembali.
"Kita perlu melihat peran potensial dari proses alami seperti reintroduksi spesies untuk memulihkan ekosistem kita yang terdegradasi dan ini pada gilirannya dapat memberikan manfaat tambahan bagi pemulihan iklim dan alam," kata penulis utama dan ilmuwan lingkungan Dominick Spracklen dari Universitas Leeds.
Simulasi para ilmuwan menunjukkan bahwa reintroduksi (pelepasliaran) di empat area utama Skotlandia dapat menghasilkan populasi sekitar 167 serigala, cukup untuk mengurangi kepadatan populasi rusa di area tersebut menjadi hanya empat per kilometer persegi dalam waktu dua dekade.
Sehingga setiap serigala memiliki potensi dalam menumbuhkan kembali hutan yang kemudian mampu menyerap 6.080 metrik ton CO2 setiap tahun.
Baca juga: Efisiensi Anggaran, Kemenhut Ajak Swasta untuk Konservasi Satwa Liar
Perluasan hutan asli yang dihasilkan juga diproyeksikan akan menyerap 100 juta metrik ton CO2 selama 100 tahun sehingga cukup memberikan kontribusi penting bagi target iklim nasional.
"Ekspansi hutan dalam skala besar, yang difasilitasi melalui kembalinya serigala, dapat berkontribusi pada target iklim nasional dan dapat memberikan potensi manfaat ekonomi bagi pemilik lahan dan masyarakat melalui pembiayaan karbon," tulis para penulis.
Namun, dapat dipahami bahwa ada masalah keselamatan yang perlu dipertimbangkan.
"Konflik manusia-satwa liar yang melibatkan karnivora adalah hal yang umum dan harus ditangani melalui kebijakan publik yang memperhitungkan sikap masyarakat agar reintroduksi berhasil," kata ahli ekologi dan petani Lee Schofield, yang turut menulis makalah ini.
Namun penyerapan karbon serta potensi manfaat finansial yang terkait reintroduksi serigala bisa menjadi pertimbangan dan memberikan wawasan baru terhadap pemilik dan pengelola lahan.
Baca juga: Kepala Daerah Didesak Bereskan 5 Masalah terkait Krisis Iklim di Jabodetabek
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya