Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulihkan Kondisi Tanah dan Tekan Emisi, PUM Tawarkan Pengolahan Sekam Jadi Biochar

Kompas.com, 17 Juli 2025, 11:00 WIB
Eriana Widya Astuti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pagatan Usaha Makmur (PUM) mengembangkan pendekatan baru dalam proyek reforestasinya, mengolah limbah sekam padi menjadi biochar.

Hal ini sebagai jawaban atas kebiasaan masyarakat yang masih sering membakar limbah hasil pertanian.

Biochar merupakan pupuk ramah lingkungan yang dihasilkan melalui proses pirolisis sekam padi. Menurut CEO PUM, Rio Christiawan, inisiatif ini selaras dengan tujuan restorasi ekosistem dan pengurangan emisi karbon.

“Biochar dapat memperbaiki struktur tanah dan menyuburkan pohon-pohon penyerap karbon, sekaligus mendukung ekonomi sirkular di masyarakat sekitar,” ujar Rio dalam acara Media Luncheon bertajuk Advancing ESG, Equity, and Ecosystem Restoration through PUM, Rabu (16/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan biochar untuk ladang mereka, yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas komoditas lokal seperti kopi dan pisang.

Selain menyehatkan tanah, pendekatan ini juga bertujuan mengalihkan praktik membakar limbah menjadi praktik pertanian yang lebih berkelanjutan.

Meskipun masih dalam tahap pengembangan, PUM telah memulai proses produksi dan uji laboratorium terhadap hasil biochar. Sosialisasi kepada masyarakat juga sudah dilakukan, namun penyebarannya masih menunggu hasil panen berikutnya.

“Ini baru dimulai setahun belakangan, masih tahap pengembangan. Output sebelumnya masih diuji di laboratorium,” kata Rio.

Baca juga: Nestle Manfaatkan Limbah Sekam Padi untuk Bahan Bakar di 3 Pabrik

PUM berencana melibatkan masyarakat melalui sistem koperasi. Masyarakat pemilik sawah dapat menjual sekamnya ke titik pengumpulan yang dikembangkan PUM, dan menerima insentif sebagai bagian dari ekosistem ekonomi sirkular.

“Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya menjadi pemasok bahan baku, tapi juga terlibat dalam rantai nilai yang kami bangun,” ujar Rio.

Selain mengurangi kebiasaan membakar limbah, pengembangan biochar juga membuka lapangan kerja baru. Rio menyebut, tahap ini juga menjadi upaya membangun kapasitas sumber daya manusia lokal agar dapat terlibat dalam rantai produksi biochar secara langsung.

Namun, menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah ketersediaan bahan baku. Penurunan aktivitas bertani di sekitar lokasi menjadi hambatan tersendiri. Banyak sawah yang kini tidak lagi aktif, bahkan beralih fungsi menjadi tambak atau lahan kering.

“Kami masih menghitung lokasi terbaik untuk menempatkan alat produksi biochar, karena alat itu harus berada dekat dengan sumber sekam, yakni sawah,” jelasnya.

Baca juga: Biochar Diangkat Jadi Andalan Baru Tekan Emisi GRK

Tantangan lainnya adalah menentukan harga jual biochar agar tetap terjangkau oleh petani lokal. Menurut Rio, keberlanjutan hanya akan tercapai jika biochar bisa menjadi bagian dari keseharian masyarakat, bukan beban tambahan.

Jika berhasil dikembangkan, biochar berpotensi menjadi solusi ganda, yaitu membantu pemulihan lahan sekaligus membuka jalan bagi penghidupan yang lebih berkelanjutan di desa-desa sekitar wilayah proyek.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau