Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKP: Pengusaha di Pulau Kecil yang Tak Kantongi Izin Bisa Dipidana

Kompas.com, 17 Juli 2025, 08:45 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewanti-wanti pengusaha di pulau kecil yang tidak mengantongi dokumen Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) bisa terkena sanksi administratif hingga pidana.

Direktur Penanganan Pelanggaran Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP, Teuku Elvitrasyah, menyatakan bahwa hal ini termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko.

Dalam aturan sebelumnya, pelaku usaha tidak perlu mendapatkan izin konfirmasi dari KKP terlebih dahulu.

"Sekarang ada peraturan baru yang di PKKPRL untuk pulau-pulau kecil harus ada izin konfirmasi dulu. Jadi bukan lagi (langsung dokumen) PKKRL terus muncul konfirmasi, harus terbit (izin konfirmasi) baru nanti PKKRL terbit," kata Teuku dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2025).

Baca juga: KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional

Kendati demikian, pihaknya mengutamakan sanksi administratif berupa pengenaan denda. Teuku menjelaskan ada perubahan perhitungan dari beleid sebelumnya, yakni pemanfaatan pulau-pulau kecil dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yang tidak memiliki rekomendasi dikenakan denda administratif sebesar 250 persen dikali luasan pelanggaran per hektare dikali tarif rekomendasi. 

Dia pun menegaskan bahwa sanksi diberlakukan sebagai upaya melindungi lingkungan akibat aktivitas usaha di pulau. 

"Jangan semata-mata melakukan usaha sebanyak-banyaknya tanpa melihat perlindungan terhadap ekologi. Maka itu ada konfirmasi untuk PKKRL, yang kaitannya dengan usaha-usaha yang sifatnya terkait dengan lingkungan, ada peraturan yang harus dipenuhi sebelum menjalankan usaha di pulau-pulau kecil," papar Teuku.

Teuku mengakui, beberappa pulau memang dimanfaatkan melalui skema PMA. KKP pun telah memberikan denda administrasi kepada pengelola cotage, pariwisata, hingga pemilik kapal yang melanggar.

Baca juga: Tambang Nikel Raja Ampat: Di Pulau Kecil, Kerusakannya Bisa Lebih Besar

"Tetapi yang jelas dari sekian banyak pelanggar yang dilakukan kami mengedepankan aspek pencegahan. Misalnya kalau melihat ada berapa ribu (kapal) ditangkap, kami kedepankan aspek untuk sosialisasi. Kalau yang tidak bisa baru kami lakukan tindakan hukum," ucap dia.

Adapun perizinan KKPRL dilakukan sacara gratis pada saat pendaftaran, dengan proses penerbitan dapat diselesaikan dalam 33 hari kerja tanpa perbaikan atau 43 hari bila ada perbaikan dokumen.

Fitur seperti verifikasi dokumen otomatis dengan artificial intelligence (AI) dan bridging data online single submission atau elektronik sedang dikembangkan guna mempercepat prosesnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Startup Biodiversitas Tarik Investor Beragam, Namun Raih Modal Kecil
Pemerintah
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
FAO Peringatkan Degradasi Lahan Ancam Miliaran Orang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau