Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Agam Beberkan Kondisi Pasca-Banjir Bandang

Kompas.com, 30 Desember 2025, 10:52 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bupati Agam, Benni Warlis mengungkapkan kondisi Kabupaten Agam, Sumatera Barat, masih rawan bencana menyusul hujan lebat yang terus mengguyur wilayah tersebut sejak akhir Desember 2025 hingga menyebabkan banjir susulan.

Agam menjadi salah satu daerah terdampak banjir bandang di tiga provinsi Sumatera psda 25-27 November 2025. 

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan dengan intensitas lebat diperkirakan terjadi 31 Desember hingga Januari 2025.

"Ini memang kami rasakan dalam dua hari terakhir ini curah hujan sangat lebat sekali sehingga banjir, longsoran susulan luar biasa terjadi di Kabupaten Agam khususnya di sekitar Maninjau, Malalak," ujar Benni dalam konferensi pers, Senin (29/12/2025).

Baca juga: Banjir Sumatera Berpotensi Terulang Lagi akibat Kelemahan Tata Kelola

Menurut dia, banjir dan longsor turut melanda empat kecamatan lainnya. Sementara, kondisi di area hulu dinilai makin mengkhawatirkan lantaran ditemukan retakan tanah di sejumlah lokasi yang berpotensi memicu longsor lanjutan.

Di samping itu, Benni menuturkan, kendati curah hujan tinggi, aliran sungai di kawasan Agam yang berada di lereng Gunung Marapi tampak normal dan tidak keruh.

"Justru ini yang kami khawatirkan akan terjadi lagi (banjir) di samping yang sudah terjadi sekarang yang cukup besar di Kabupaten Agam," tutur dia.

Benni mencatat, banjir dan longsor akhir November 2025 lalu menyebabkan sekitar 2.000 hektare lahan persawahan terendam sedimen.

Sejauh ini, pemerintah daerah baru membersihkan jalur sungai dan kawasan sekitar permukiman agar aliran air tetap mengalir. Menurut Benni, pemda menghadapi keterbatasan peralatan dan kewenangan.

Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Agam meminta Badan Geologi Nasional memetakan zona rawan bencana. Pemetaan dinilai penting sebagai dasar legalitas dalam penentuan relokasi warga.

"Kami harus mendata kalau memang mereka berada dalam zona yang merah. Bisa saja hari ini rumahnya tidak hancur, rumahnya masih bagus tetapi mereka dalam keadaan terancam yang kami sendiri tidak punya legalitasnya," papar Benni.

Baca juga: BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi

Operasi Modifikasi Cuaca

Merespons pernyataan Benni, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mrnyampaikan, pemerintah pusat tengah menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC). Sebanyak tiga pesawat dikerahkan untuk Sumatera Barat sebagai bagian dari sembilan pesawat OMC yang beroperasi di tiga provinsi.

Kendati demikian, Suharyanto mengakui OMC tak sepenuhnya menahan hujan di Agam.

"Begitu Agam hujan satu sampai dua jam langsung meluap lagi, dan enggak mungkin kita OMC itu sepanjang tahun. Makanya untuk jangka pendek, dipersilakan kalau tidak hujan dikerahkan alat-alat berat di samping melakukan tindakan tanggap darurat," jelas dia.

Normalisasi diutamakan untuk sungai yang rawan banjir. Selain itu, pemda diminta menyusun dokumen rehabilitasi dan rekonstruksi agar penanganan sungai serta daerah rawan dapat masuk ke skema pendanaan nasional.

Suharyanto juga mengimbau masyarakat di titik-titik rawan diungsikan sementara, terutama selama Januari yang diprediksi menjadi puncak musim hujan. Selain itu, memantau sistem peringatan dini.

"Kalau terjadi kenaikan tinggi muka air sirinenya berbunyi, mohon di Agam ini dipatuhi begitu sirinenya berbunyi masyarakat yang di sekitar diungsikan ke tempat yang aman," sebut Suharyanto.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau