JAKARTA, KOMPAS.com - Bupati Agam, Benni Warlis mengungkapkan kondisi Kabupaten Agam, Sumatera Barat, masih rawan bencana menyusul hujan lebat yang terus mengguyur wilayah tersebut sejak akhir Desember 2025 hingga menyebabkan banjir susulan.
Agam menjadi salah satu daerah terdampak banjir bandang di tiga provinsi Sumatera psda 25-27 November 2025.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan dengan intensitas lebat diperkirakan terjadi 31 Desember hingga Januari 2025.
"Ini memang kami rasakan dalam dua hari terakhir ini curah hujan sangat lebat sekali sehingga banjir, longsoran susulan luar biasa terjadi di Kabupaten Agam khususnya di sekitar Maninjau, Malalak," ujar Benni dalam konferensi pers, Senin (29/12/2025).
Baca juga: Banjir Sumatera Berpotensi Terulang Lagi akibat Kelemahan Tata Kelola
Menurut dia, banjir dan longsor turut melanda empat kecamatan lainnya. Sementara, kondisi di area hulu dinilai makin mengkhawatirkan lantaran ditemukan retakan tanah di sejumlah lokasi yang berpotensi memicu longsor lanjutan.
Di samping itu, Benni menuturkan, kendati curah hujan tinggi, aliran sungai di kawasan Agam yang berada di lereng Gunung Marapi tampak normal dan tidak keruh.
"Justru ini yang kami khawatirkan akan terjadi lagi (banjir) di samping yang sudah terjadi sekarang yang cukup besar di Kabupaten Agam," tutur dia.
Benni mencatat, banjir dan longsor akhir November 2025 lalu menyebabkan sekitar 2.000 hektare lahan persawahan terendam sedimen.
Sejauh ini, pemerintah daerah baru membersihkan jalur sungai dan kawasan sekitar permukiman agar aliran air tetap mengalir. Menurut Benni, pemda menghadapi keterbatasan peralatan dan kewenangan.
Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Agam meminta Badan Geologi Nasional memetakan zona rawan bencana. Pemetaan dinilai penting sebagai dasar legalitas dalam penentuan relokasi warga.
"Kami harus mendata kalau memang mereka berada dalam zona yang merah. Bisa saja hari ini rumahnya tidak hancur, rumahnya masih bagus tetapi mereka dalam keadaan terancam yang kami sendiri tidak punya legalitasnya," papar Benni.
Baca juga: BNPB Catat 3.176 Bencana Alam di Indonesia 2025, Banjir dan Longsor Mendominasi
Merespons pernyataan Benni, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mrnyampaikan, pemerintah pusat tengah menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC). Sebanyak tiga pesawat dikerahkan untuk Sumatera Barat sebagai bagian dari sembilan pesawat OMC yang beroperasi di tiga provinsi.
Kendati demikian, Suharyanto mengakui OMC tak sepenuhnya menahan hujan di Agam.
"Begitu Agam hujan satu sampai dua jam langsung meluap lagi, dan enggak mungkin kita OMC itu sepanjang tahun. Makanya untuk jangka pendek, dipersilakan kalau tidak hujan dikerahkan alat-alat berat di samping melakukan tindakan tanggap darurat," jelas dia.
Normalisasi diutamakan untuk sungai yang rawan banjir. Selain itu, pemda diminta menyusun dokumen rehabilitasi dan rekonstruksi agar penanganan sungai serta daerah rawan dapat masuk ke skema pendanaan nasional.
Suharyanto juga mengimbau masyarakat di titik-titik rawan diungsikan sementara, terutama selama Januari yang diprediksi menjadi puncak musim hujan. Selain itu, memantau sistem peringatan dini.
"Kalau terjadi kenaikan tinggi muka air sirinenya berbunyi, mohon di Agam ini dipatuhi begitu sirinenya berbunyi masyarakat yang di sekitar diungsikan ke tempat yang aman," sebut Suharyanto.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya