Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reforestasi 23.665 Hektare Hutan di Kalteng, Warga dan Satwa Langka Jadi Bagiannya

Kompas.com, 17 Juli 2025, 14:07 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pagatan Usaha Makmur (PUM) melakukan reforestasi seluas 23.665 hektare di daerah rentan deforestasi, Kalimantan Tengah. 

Co-Founder sekaligus CEO PUM, Rio Christiawan, menjelaskan bahwa pihaknya menerapkan pendekatan Climate, Community, and Biodiversity (CCB) dalam menjalankan reforestasi itu.

“Pendekatannya bukan sekadar menanam pohon, tapi konservasi yang mempertimbangkan tiga aspek utama, iklim, masyarakat, dan keanekaragaman hayati,” ujar Rio dalam acara Media Luncheon bertajuk Advancing ESG, Equity, and Ecosystem Restoration through PUM, Rabu (16/7/2025).

Dari sisi iklim, menurut Rio, reforestasi menjadi langkah untuk menyerap karbon dan menghasilkan oksigen dengan tujuan untuk menurunkan emisi dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Sementara dari aspek komunitas, Rio mengatakan bahwa pihaknya melibatkan masyarakat sekitar secara aktif, termasuk mendorong terbentuknya ekonomi sirkular untuk mendukung keberlanjutan penghidupan mereka.

“Contohnya, kami kembangkan inisiatif seperti Kopi Bangun Jaya dan keripik Bajava dari komoditas lokal,” ujarnya.

Rio mengatakan, bahwa pihaknya juga mendorong perubahan perilaku sehingga bisa bisa memicu perubahan pola hidup menjadi lebih berkelanjutan.

Baca juga: 152 Hektare Hutan Produksi Diserahkan untuk Permukiman dan Pertanian

“Masyarakat yang sebelumnya terbiasa menebang pohon, kini kami dorong untuk beralih ke aktivitas menanam,” tambah Rio.

Dari sisi biodiversitas, menurut Rio, mereka berupaya melindungi tumbuhan dan satwa di wilayah konsesi reforestasi, termasuk spesies langka seperti beruang madu. “Ini juga bagian dari upaya konservasi,” ujar Rio.

Lebih jauh, Rio mengatakan bahwa kegiatan yang berjalan sejak 2021 ini telah menunjukkan dampak terhadap lingkungan. Salah satunya adalah menurunnya kejadian kebakaran hutan, yang selama ini marak terjadi di musim kemarau.

Menurut Rio, kebakaran seringkali dipicu oleh kebiasaan masyarakat yang membuka lahan dan mengelola limbah ladang dengan cara dibakar.

Hal tersebut lumrah dilakukan selama luasnya kurang dari dua hektare. Namun, ladang-ladang itu seringkali berdekatan dengan kawasan hutan, sehingga menimbulkan risiko besar.

“Maka, kami memberikan edukasi kepada masyarakat dan mengenalkan pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan,” ungkapnya.

Baca juga: Tanpa UU Kehutanan Baru, Hutan dan Masa Depan Iklim Terancam

Dari sisi sosial, menurut Rio, pihaknya telah memberdayakan 800 petani, termasuk kelompok perempuan, dan memberikan dampak kepada 2.200 orang di tujuh desa. Pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan UMKM sirkular seperti kopi dan keripik lokal, serta praktik pengelolaan lahan yang regeneratif.

Rio menekankan bahwa masyarakat lokal adalah aktor utama dalam proyek ini. Mereka dilibatkan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Krisis Air Bersih, KLH Kirim 10.000 Galon dan Alat Penjernih ke Aceh
Krisis Air Bersih, KLH Kirim 10.000 Galon dan Alat Penjernih ke Aceh
Pemerintah
Ahli Lingkungan Sebut Perubahan Iklim Langgar Hak Asasi Manusia
Ahli Lingkungan Sebut Perubahan Iklim Langgar Hak Asasi Manusia
Pemerintah
Pasar Inverter Surya Global Diprediksi Turun Selama Dua Tahun ke Depan
Pasar Inverter Surya Global Diprediksi Turun Selama Dua Tahun ke Depan
Swasta
Peneliti Ungkap Krisis Iklim Tentukan Nasib Tempat Tinggal Kita
Peneliti Ungkap Krisis Iklim Tentukan Nasib Tempat Tinggal Kita
Pemerintah
Kapasitas Produksi Etanol Masih Rendah,  Akademisi ITB Soroti Wacana BBM E10
Kapasitas Produksi Etanol Masih Rendah, Akademisi ITB Soroti Wacana BBM E10
Pemerintah
Siklon Tropis di Indonesia: Fenomena Langka dan Ancaman Nyata Akhir Tahun
Siklon Tropis di Indonesia: Fenomena Langka dan Ancaman Nyata Akhir Tahun
Pemerintah
Sampah Pemudik Capai 59.000 Ton, KLH Minta Pengelola Rest Area Olah Sendiri
Sampah Pemudik Capai 59.000 Ton, KLH Minta Pengelola Rest Area Olah Sendiri
Pemerintah
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Pemerintah
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Pemerintah
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
LSM/Figur
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Pemerintah
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Pemerintah
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Pemerintah
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Pemerintah
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau