Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Iklim Baru China: Pangkas Emisi 10 Persen dan Tingkatkan Pasar Bahan Bakar Non-Fosil

Kompas.com, 26 September 2025, 19:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - China telah menetapkan target iklim baru yang ambisius sebagai bagian dari upaya global untuk memerangi perubahan iklim.

Target iklim baru ini diumumkan Jumat (26/9/2025) dalam KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2025.

Pembaruan komitmen iklim (NDC) tersebut merupakan rencana aksi iklim nasional yang diajukan oleh setiap negara di bawah Perjanjian Paris.

Rencana-rencana ini harus mencerminkan ambisi tertinggi yang mungkin dicapai oleh suatu negara, secara progresif harus meningkatkan ambisi dari waktu ke waktu, dan harus sejalan dengan target pembatasan kenaikan suhu global hingga 1.5 derajat C.

Target tersebut menyebut bahwa China berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca bersih yang mencakup seluruh sektor ekonomi sebesar 7 persen hingga 10 persen dari tingkat puncaknya pada tahun 2035.

Selain itu China juga akan mendorong peningkatan penggunaan bahan bakar non fosil hingga lebih dari 30 persen dari total konsumsi energi mereka pada 2035.

Baca juga: Demi Target Iklim Global, SBTi Luncurkan Standar Net Zero untuk Sektor Energi Listrik

Ini menunjukkan pergeseran besar dalam bauran energi mereka menuju sumber yang lebih bersih.

Presiden Xi Jinping menyatakan pula China akan berupaya melampaui target-target tersebut. Kendati demikian pencapaian target tersebut memerlukan kerja sama global.

Pembaruan NDC China ini dianggap sangat penting karena aksi China akan menentukan nasib iklim global.

Walaupun pembaharuan NDCs yang diumumkan pada KTT Iklim PBB masih belum cukup untuk memenuhi ambisi global Perjanjian Paris, China terbiasa melampaui target yang ditetapkan.

Jika tren tersebut dipertahankan, China akan akan meningkatkan transisi masifnya menuju teknologi ramah lingkungan serta memberikan dampak pada pasar energi, teknologi, dan investasi di seluruh dunia.

Pengurangan emisi sebelum tahun 2035 juga akan mengurangi dampak iklim yang parah serta mempermudah pencapaian target nol bersih dengan cara yang realistis dan hemat biaya.

Komitmen Iklim China juga menjadi penanda bagi komunitas internasional mengenai partisipasi China dalam upaya iklim global bersama.

Walaupun beberapa ketegangan dengan negara lain masih ada, terutama terkait isu pendanaan dan laju transisi energi, pembaruan NDC China menyajikan rencana aksi tentang bagaimana mereka akan melaksanakan tanggung jawabnya untuk mengatasi perubahan iklim.

Target Iklim Baru

Dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, dijelaskan bahwa khusus terkait sektor pembangkit listrik, Presiden Xi mengumumkan komitmen untuk meningkatkan kapasitas terpasang tenaga angin dan surya hingga lebih dari enam kali lipat dari level tahun 2020, dengan target mencapai total 3.600 gigawatt.

Baca juga: Taktik Eropa Capai Target Iklim 2040: Beli Kredit Karbon dari Negara Berkembang

Komitmen ini memimpin secara global dan memperkuat peran Tiongkok sebagai pasar terbesar untuk instalasi energi terbarukan.

Target ini menggantikan target sebelumnya sebesar 1.200 GW pada tahun 2030, yang berhasil dicapai enam tahun lebih cepat. Jika kecepatan instalasi yang pesat saat ini berlanjut, target baru ini juga diharapkan dapat tercapai lebih awal.

Sistem perdagangan emisi (ETS) nasional China juga akan diperluas untuk mencakup sektor-sektor industri penyumbang emisi terbesar.

Pengumuman yang berkaitan baru-baru ini, yaitu penetapan batas emisi mutlak untuk industri tertentu mulai 2027 dan peningkatan perhatian pada transparansi informasi serta pengawasan publik, menunjukkan langkah maju menuju penerapan prinsip 'pencemar yang menanggung biaya'.

Ini memperkuat pergeseran strategi ekonomi China secara keseluruhan ke arah model rendah karbon.

"Seiring kemajuan transisi energi, kerangka hukum yang kuat akan dibutuhkan. Seperti semua negara, China memerlukan undang-undang yang jelas dan dapat ditegakkan untuk mengatasi perubahan iklim," papar Fan Danting, Pengacara Iklim dan Keuangan dari ClientEarth.

"Undang-undang semacam itu akan memastikan akuntabilitas, menyelaraskan kebijakan nasional, dan memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mendorong perubahan sistemik yang diperlukan China guna mencapai target iklimnya, sekaligus menjaga ekonomi dan planet ini untuk generasi mendatang," tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Krisis Air Bersih, KLH Kirim 10.000 Galon dan Alat Penjernih ke Aceh
Krisis Air Bersih, KLH Kirim 10.000 Galon dan Alat Penjernih ke Aceh
Pemerintah
Ahli Lingkungan Sebut Perubahan Iklim Langgar Hak Asasi Manusia
Ahli Lingkungan Sebut Perubahan Iklim Langgar Hak Asasi Manusia
Pemerintah
Pasar Inverter Surya Global Diprediksi Turun Selama Dua Tahun ke Depan
Pasar Inverter Surya Global Diprediksi Turun Selama Dua Tahun ke Depan
Swasta
Peneliti Ungkap Krisis Iklim Tentukan Nasib Tempat Tinggal Kita
Peneliti Ungkap Krisis Iklim Tentukan Nasib Tempat Tinggal Kita
Pemerintah
Kapasitas Produksi Etanol Masih Rendah,  Akademisi ITB Soroti Wacana BBM E10
Kapasitas Produksi Etanol Masih Rendah, Akademisi ITB Soroti Wacana BBM E10
Pemerintah
Siklon Tropis di Indonesia: Fenomena Langka dan Ancaman Nyata Akhir Tahun
Siklon Tropis di Indonesia: Fenomena Langka dan Ancaman Nyata Akhir Tahun
Pemerintah
Sampah Pemudik Capai 59.000 Ton, KLH Minta Pengelola Rest Area Olah Sendiri
Sampah Pemudik Capai 59.000 Ton, KLH Minta Pengelola Rest Area Olah Sendiri
Pemerintah
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Genjot Transisi Energi, Jepang Siapkan Subsidi 1,34 Miliar Dollar AS
Pemerintah
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Kemenhut Bersih-bersih Gelondongan Kayu Terbawa Arus Banjir di Sumatera
Pemerintah
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
Guru Besar UGM: RI Mestinya Pajaki Minuman Berpemanis dan Beri Subsidi Makanan Sehat
LSM/Figur
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Lahan Gambut Dunia jadi Garis Depan Lawan Perubahan Iklim
Pemerintah
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Waspadai Potensi Hujan Lebat Disertai Angin Kencang dan Petir Selama Nataru
Pemerintah
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Cokelat Terancam Punah, Ilmuwan Temukan Alternatifnya
Pemerintah
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Peneliti IPB Kembangkan Rompi Anti Peluru dari Limbah Sawit
Pemerintah
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
Biaya Perawatan Pasien Obesitas dengan Komorbid Membengkak Tiap Tahun
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau