Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IEA: Kapasitas Energi Terbarukan Global Berlipat Ganda pada 2030

Kompas.com, 7 Oktober 2025, 19:34 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Kapasitas pembangkit energi terbarukan global diperkirakan meningkat dua kali lipat antara 2024 hingga 2030.

Prediksi ini muncul meski para pengembang listrik tenaga surya dan angin masih menghadapi kendala berupa perubahan aturan dan hambatan logistik.

Temuan tersebut merupakan kesimpulan utama dari laporan terbaru Renewables 2025 International Energy Agency (IEA).

Melansir Edie, Selasa (7/10/2025), IEA memperkirakan bahwa kapasitas energi terbarukan terpasang secara global akan bertambah 4.600 GW hingga 2030 (terhitung dari akhir 2024).

Perkiraan ini turun sedikit dari tahun sebelumnya, karena adanya perubahan kebijakan, seperti pemotongan kredit pajak federal untuk energi terbarukan di AS di bawah Inflation Reduction Act.

Baca juga: Eropa Jadi Pasar Paling Menarik untuk Investasi Energi Terbarukan

Ekspektasi pertumbuhan untuk penyebaran energi terbarukan di AS oleh IEA juga telah dipotong menjadi setengah.

Pengembang utama energi terbarukan sendiri tetap optimis. Mereka mempertahankan atau bahkan meningkatkan target instalasi 2030 dari tahun sebelumnya, meskipun ada pemangkasan sejumlah proyek di pasar AS, khususnya untuk proyek tenaga angin.

Lebih lanjut, tenaga surya akan menjadi penyumbang terbesar energi terbarukan, yakni sekitar 80 persen dari total kapasitas baru di seluruh dunia.

Popularitas ini didorong karena biaya teknologi yang makin murah serta kemudahan perizinan untuk instalasi panel surya yang lebih kecil dan atap.

"Di samping pasar tradisional yang terus berkembang, energi surya diprediksi akan mengalami lonjakan besar di sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara di Asia Tenggara," ungkap Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA.

Di luar sektor surya, pembangkit listrik tenaga air dengan sistem pompa juga diperkirakan akan meningkat pesat.

Baca juga: Energi Terbarukan Saja Tak Cukup, Ahli Ingatkan Penerapan Bertanggung Jawab

Hal ini terjadi karena berbagai negara berupaya keras untuk mengintegrasikan penyimpanan energi skala besar ke dalam jaringan listrik mereka seiring meningkatnya energi terbarukan.

IEA memprediksi bahwa pertumbuhan pembangkit hidro pompa akan meningkat hampir 80 persen dalam lima tahun ke depan dibandingkan periode lima tahun sebelumnya.

IEA menekankan pula bahwa peralihan menuju energi terbarukan berlangsung jauh lebih pesat di sektor kelistrikan dibandingkan di sektor pemanasan atau transportasi.

IEA mencatat bahwa pada tahun ini, hanya 4 persen kebutuhan energi sektor transportasi global yang dipasok oleh energi terbarukan. Namun mereka memprediksi persentase ini akan naik menjadi 6 persen pada 2030.

Pendorong utama kemajuan dalam penggunaan energi terbarukan untuk transportasi adalah elektrifikasi transportasi darat dan kereta api di China dan Eropa, serta peningkatan adopsi bahan bakar nabati (biofuel) di Brasil dan Indonesia.

Baca juga: OJK Ungkap Urgensi Keuangan Berkelanjutan untuk Hadapi Krisis Iklim

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
Kunjungan Menteri PKP Tegaskan Komitmen Astra Wujudkan Hunian Layak bagi Warga
BrandzView
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Ambisi Iklim Turun, Dunia Gagal Penuhi Perjanjian Paris
Pemerintah
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Mayoritas Penduduk Negara Berpenghasilan Menengah Rasakan Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
Kebijakan Iklim Dapat Dukungan, Tapi Disinformasi Picu Keraguan
LSM/Figur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
Dampak Perubahan Iklim: Sudah Telat Selamatkan Kopi, Cokelat, dan Anggur
LSM/Figur
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
KLH: Indonesia Darurat Sampah, Tiap Tahun Ciptakan Bantar Gebang Baru
Pemerintah
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Ecoground 2025: Blibli Tiket Action Tunjukkan Cara Seru Hidup Ramah Lingkungan
Swasta
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
BBM E10 Persen Dinilai Aman untuk Mesin dan Lebih Ramah Lingkungan
Pemerintah
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau