KOMPAS.com - Studi dari University of Surrey di Inggris memaparkan energi surya menjadi sumber listrik termurah di dunia.
Bahkan di negara-negara yang banyak terpapar sinar matahari, menurut studi tersebut, biaya untuk memproduksi satu unit listrik hanya Rp 445 sehingga lebih murah daripada listrik yang dihasilkan dari batu bara, gas atau angin.
Dalam laporan penelitian yang akan diterbitkan di jurnal Energy and Environment Materials, peneliti ATI University of Surrey menyimpulkan bahwa teknologi PV surya kini memegang peran kunci sebagai motor penggerak transisi global menuju energi bersih dan terbarukan.
"Bahkan di Britania Raya, yang terletak 50 derajat di utara khatulistiwa, energi surya tetap menjadi pilihan paling ekonomis untuk pembangkit daya dalam skala besar," papar Profesor Ravi Silva, rekan penulis studi, dikutip dari Techxplore, Senin (6/10/2025).
Baca juga: UE Cetak Sejarah, Energi Surya Kini Sumber Listrik Utama
Secara global, total jumlah energi surya yang terpasang melebihi 1.5 terawatt pada tahun 2024 yaitu dua kali lipat dari jumlah pada tahun 2020 dan cukup untuk memberi daya pada ratusan juta rumah.
Sederhananya, teknologi ini bukan lagi prospek yang mustahil tetapi bagian mendasar dari masa depan energi rendah karbon yang tangguh yang kita semua ingin wujudkan.
Lebih lanjut, meski ada banyak optimisme, tim peneliti ATI menyoroti sejumlah tantangan terutama dalam mengintegrasikan energi surya skala besar ke jaringan listrik eksisting.
Di beberapa daerah, misalnya seperti California dan China, produksi surya yang tinggi telah mengakibatkan kepadatan jaringan dan energi terbuang ketika pasokan melebihi kebutuhan.
"Integrasi peningkatan kapasitas energi surya ke dalam jaringan listrik kini menjadi hambatan utama yang harus diatasi. Jaringan pintar, prediksi berbasis AI, dan interkoneksi antar wilayah yang lebih kuat akan sangat krusial dalam mempertahankan stabilitas sistem listrik seiring melonjaknya penggunaan energi terbarukan," kata Dr. Ehsan Rezaee dari University of Surrey.
Baca juga: Bersama China, Indonesia Bisa Dorong Energi Surya
Namun dengan adanya integrasi penyimpanan energi dan jaringan pintar, energi surya kini siap menyuplai listrik bersih, murah, dan andal secara masif.
Penemuan bahan baru seperti sel surya perovskit berpotensi meningkatkan hasil energi hingga 50 persen tanpa perlu memperluas area instalasi."
Tapi yang perlu diingat lagi, kecepatan kemajuan tersebut sangat bergantung pada kebijakan yang konsisten dan dukungan jangka panjang.
Komitmen yang berkelanjutan serta kerja sama antarnegara adalah kunci mutlak jika kita ingin mempercepat transisi global menuju sistem energi yang bersih dan tepercaya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya