IEA menggarisbawahi bahwa energi terbarukan memiliki keunggulan inheren dalam memperkuat keamanan pasokan energi karena energi tersebut diproduksi di dalam negeri.
Di saat yang sama, energi terbarukan meningkatkan ketahanan ekonomi bagi negara-negara yang selama ini mengimpor bahan bakar fosil.
Keuntungan ini sangat terasa bagi negara-negara yang memiliki cadangan sumber daya energi domestik yang kecil atau mulai menipis.
IEA menyoroti pula krisis energi yang diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang membuat negara-negara pengimpor di Uni Eropa terpapar pada kenaikan tajam harga bahan bakar fosil.
Baca juga: Studi: Pembakaran Bahan Bakar Fosil Ancam Kesehatan 1,6 Miliar Orang
Namun, Bulgaria, Rumania, dan Finlandia yang secara historis bergantung pada gas Rusia untuk pembangkit listrik, semuanya berhasil mendekati nol dalam ketergantungan impor mereka dalam beberapa tahun terakhir dengan membangun energi terbarukan.
Sementara itu di Inggris IEA mengatakan ketergantungan pada listrik yang dihasilkan dengan bahan bakar fosil impor telah turun dari 45 persen menjadi di bawah 25 persen dalam satu dekade, terutama berkat pertumbuhan tenaga angin dan surya.
Tanpa teknologi ini, Inggris sekarang perlu mengimpor bahan bakar fosil untuk memasok hampir 60 persen listriknya, kata IEA.
IEA juga menyoroti bahwa tanpa ekspansi energi terbarukan, negara-negara dengan ekonomi besar, terutama China dan Uni Eropa, akan terpaksa meningkatkan impor gas dan batu bara mereka dari luar negeri.
Akhirnya, IEA menyimpulkan bahwa dengan mengalihkan dana dari impor bahan bakar fosil ke investasi di sektor energi terbarukan, aliran modal akan lebih banyak berputar di dalam negeri, sehingga mendukung penciptaan lapangan kerja dan perekonomian lokal.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya