KOMPAS.com - Isu kontaminasi radioaktif cesium 137 (Cs-137) di Banten dan Lampung bergulir usai Amerika Serikat (AS) menemukan zat tersebut dalam produk ekspor udang dan cengkeh dari Indonesia.
Di sisi lain, sudah ada ribuan kasus keracunan dalam program makan bergizi gratis (MBG) di berbagai daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, kasus keracunan dalam program MBG disebabkan bakteri, virus, serta bahan kimia, seperti pestisida.
Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Anto Tri Sugiarto mengatakan, Indonesia membutuhkan teknologi mutakhir untuk menyelesaikan kasus kontaminasi radioaktif Cs-137 dan keracunan MBG. Apalagi, kasus kontaminasi radioaktif Cs-137 dan keracunan MBG mencerminkan ketahanan pangan dan mutu produk pangan nasional.
Menurut Anto, metode pencucian konvensional dengan air keran kurang efektif. Sedangkan metode pencucian konvensional dengan deterjen tidak aman bagi lingkungan.
Metode pencucian konvensional tersebut hanya menghilangkan 22-40 persen residu pada permukaan produk pangan tersebut. Pestisida tidak dapat dibersihkan hanya dengan metode pencucian konvensional.
Baca juga: Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
"Jika menggunakan bahan kimia selama pencucian, menjadi beberapa masalah di pembuangan Jadi, kami perlu membahas nama teknologi atau metode sanitasi yang bebas bahan kimia, berkelanjutan dan efisien. Tentu saja, proses pencuciannya dapat mempertahankan kualitas produknya," ujar Anto dalam webinar, Senin (24/11/2025).
Ia menawarkan teknologi plasma activated fine bubble water (PAFBW) sebagai solusi untuk mencegah kasus kontaminasi radioaktif Cs-137 dan keracunan MBG. Cara kerjanya, gelembung halus teraktivasi plasma (gelembung mikro dan gelembung nano) menghasilkan sejumlah spesies yang sangat reaktif (reactive oxygen and nitrogen species /RONS) dalam cairan, tetapi tetap ramah lingkungan.
Dari aspek ekologi, spesies reaktif (hydroxyl radicals,oxygen radicals, ozone) tersebut terdegradasi secara cepat menjadi oksigen dan tidak ada residu kimia yang persisten. Dari aspek pengolahannya, metode pencucian ini dapat meningkatkan penghilangan terhadap kontaminasi radioaktif Cs-137, mengurangi paparan bahan kimia seperti pestisida, menekan mikroba, serta memperlambat respirasi dan pencoklatan produk.
"Semoga saja air yang sudah teraktivasi (plasma) ini bisa efektif juga untuk mengatasi kasus keracunan di program MBG, mungkin dengan menggunakan air gelembung halus ini, kita bisa mencuci bahan (baku) untuk program ini dan bisa terbebas dari bakteri, virus, dan zat kimia seperti pestisida," tutur Anto.
Baca juga: MBG: Janji Kesehatan Anak Bangsa yang Terancam oleh Buruknya Tata Kelola
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya