JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan (Kemenhut), mengungkapkan masifnya alih fungsi lahan di Sumatera Barat, Aceh, dan Sumatera Utara menjadi biang kerok banjir bandang yang terjadi pada akhir November lalu.
Kasubdit Perencanaan Pengelolaan DAS Ditjen PDASRH Kemenhut, Catur Basuki Setyawan, menyampaikan selama 2019-2024 penurunan area tutupan hutan di Aceh mencapai 56 persen di dalam kawasan hutan dan 44 persen di luar hutan.
"Menurut data kami terjadi perubahan menjadi kawasan non hutan kurang lebih menjadi 21.476 hektare. Untuk luas lahan kritis pada DAS yang terdampak banjir yang terluas ada pada DAS Singkil seluas 31.000 ha, DAS Jambo Aye, dan DAS Tamiang," kata Catur dalam konferensi pers, Rabu (10/12/2025).
Baca juga: 4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Kondisi serupa terjadi di Sumatera Utara yang dilewati 13 DAS dengan total luasan 207.000 ha di 11 kabupaten/kota. Dalam periode 2019-2024 perubahan tutupan hutan wilayah ini mencapai 9.400 ha dengan komposisi 36 persen di dalam hutan dan 63 persen di luar kawasan. Menurut Catur, banjir terparah melanda DAS Batang Toru.
"Yang terluas memang di DAS Batang Gadis dan DAS Batang Toru yang merupakan salah satu terdampak paling parah dari kejadian banjir yang terjadi di Sumatera Utara kemarin. Total luasannya kurang lebih 14 persen dari luas DAS yang ada di Sumatera Utara," jelas Catur.
Dia menyatakan, perubahan tutupan paling besar terjadi di DAS Batang Toru dari hutan menjadi non hutan seluas 28.00 ha.
"Pada daerah kawasan hutan hanya 0,4 persen, sedangkan yang terjadi paling besar adalah di luar kawasan hutan sekurang-kurangnya 99 persen, ini khusus untuk yang di DAS Batang Toru," imbuh dia.
Baca juga: Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Sementara itu, Sumatera Barat memiliki 13 DAS dengan luasan 39.000 hektare di 14 kabupaten dan kota. Perubahan tutupan di DASnya mencapai 1.800 ha di mana 79 persen terjadi di kawasan hutan san 21 persen di luar kawasan.
Catur menerangkan, DAS di Sumbar diketahui berisiko tinggi mengalami banjir terutama di DAS Air Dingin di Padang Pariaman dan Sook, maupun DAS Ulakan. Banjir paling parah melanda DAS Masang Kiri yang me;liputi Agam, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, Pasaman, dan Tanah Datar.
Sebelumnya, Kemenhut mengidentifikasi 12 subyek hukum yang terindikasi melakukan pembalakan di daerah aliran sungai di Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Empat di antaranya telah disegel.
Ke-12 subyek hukum tersebut dimintai keterangan oleh Kementerian Kehutanan pada Selasa (9/12/2025).
Sementara itu Kementerian Lingkungan Hidup memeriksa delapan perusahaan yang berada di daerah aliran Sungai Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Pemanggilan dilakukan usai Kementerian Lingkungan Hidup mengkaji analisis citra satelit untuk memproyeksikan peristiwa di daerah bencana, terutama saat hujan deras terjadi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya