Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar

Kompas.com, 9 Desember 2025, 18:37 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelondongan kayu terdampar di berbagai tempat usai terbawa arus banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Terbaru, di tengah situasi itu, kayu gelondongan sebanyak 4.800 meter kubik terdampar di bibir Pantai Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir Barat.

Di bagian bekas pemotongan kayu gelondongan tersebut, tertera barcode berwarna kuning dengan kop 'Kementerian Kehutnan Republik Indonesia' dan nama perusahaannya.

Baca juga: Hadapi Regulasi Anti-Deforestasi UE, Sawit dan Kayu Indonesia Dilacak hingga ke Kebunnya

Tepat di bawah barcode, tertampang tulisan SVLK atau singkatan dari sistem verifikasi legalitas kayu, yang merupakan mekanisme untuk memastikan produk kayu berasal dari sumber yang legal.

Namun, aktivitas penebangan pohon, secara legal maupun ilegal, berkontribusi terhadap banjir bandang di Sumatera. Ini mengingat tingkat pembukaan tutupan hutan sudah melampaui ambang batas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup (D3TLH).

Luasnya pembukaan hutan disebabkan terlalu banyak penerbitan izin-izin untuk kegiatan ekstraktif seperti pertambangan, perkebunan sawit, dan hutan tanaman industri (HTI), yang menganggu D3TLH.

Di sisi lain, penerbitan izin-izin tersebut juga menurunkan atau mendegradasi fungsi hutan. Misalnya, jika fungsi hutan dalam daerah aliran sungai (DAS) berjalan dengan baik, kawasan hulu maupun hilir akan terlindungi.

Namun, kalau sudah terdegradasi fungsi hutannya, maka ekosistem dalam DAS tidak akan mampu menahan air hujan agar meresap ke dalam tanah, serta mencegah erosi dan longsor.

Ketika siklon tropis Senyar datang, curah hujan ekstrem mengguyur daerah-daerah dengan D3TLH sudah menyusut, yang terjadi banjir bandang.

"Ketika siklon tropis yang juga berasal dari dampak aktivitas manusia yang mempengaruhi iklim global membawa curah hujan hampir 300 mm. Jadi, seperti hujan selama satu bulan itu dicurahkan dalam sehari di saat D3TLH sudah terbatas, sehingga (air) mengalir semua ke sungai," ujar Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas kepada Kompas.com, Selasa (9/12/2025).

Topografi sungai-sungai di Sumatera umumnya pendek dan curam. Imbasnya, karakteristik banjir bandang di Sumatera biasanya membawa material tanah atau longsor, termasuk lumpur, sedimen, dan kayu.

Asal usul degradasi hutan

Penebangan hutan secara legal pada masa Orde Baru disebut hak pengusahaan hutan (HPH). HPH diberikan kepada perusahaan yang mengambil kayu dengan menggunakan sistem tebang pilih.

HPH dengan sistem tebang pilih berskala besar telah mendegradasi fungsi hutan secara perlahan, yang pada akhirnya menggeser statusnya dari hutan primer ke hutan sekunder.

Setelah Orde Baru tumbang, HPH berubah menjadi izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu - hutan alam (IUPHHK-HA) dan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu - hutan tanaman (IUPHHK-HT).

"Izin-izin tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan dan itu legal. Itu dulu jutaan hektar izin dikeluarkan sejak zaman Soeharto sampai sekarang masih dikeluarkan izinnya. Tapi, memang banyak izin yang dikeluarkan memiliki masa hingga 50 tahunan," tutur Arie.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Pemerintah
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
LSM/Figur
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Swasta
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Pemerintah
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Pemerintah
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Pemerintah
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
BUMN
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Swasta
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
LSM/Figur
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Swasta
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
LSM/Figur
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Pemerintah
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
BMKG Imbau Waspadai Cuaca Ekstrem Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau