KOMPAS.com - Sejumlah bencana terjadi akibat krisis iklim yang sangat merusak dan merugikan, menurut laporan Christian Aid berjudul Counting the Cost 2025: A year of climate breakdown.
Jurnalis Senior Bidang Iklim Christian Aid, Joe Ware menuturkan, tahun ini Inggris mengalami rangkaian kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebakaran itu dipicu oleh kondisi kering berkepanjangan serta suhu panas yang memecahkan rekor.
Baca juga:
Pemadam kebakaran berjibaku memadamkan api yang membakar hutan di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, dengan hampir 1.000 kejadian hingga awal September 2025.
"Kebakaran hutan menghanguskan puluhan ribu hektar lahan gambut, semak belukar, dan hutan, dengan perkiraan awal menunjukkan lebih dari 46.000–47.000 hektar terbakar secara nasional, luas area tahunan terbesar yang terdampak sejak pemantauan rinci dimulai," kata Ware dalam laporannya, Senin (22/12/2025).
Skotlandia mengalami beberapa kebakaran paling parah, termasuk kebakaran Carrbridge dan Dava Moor pada akhir Juni, yang menghanguskan lahan gambut dan hutan di dataran tinggi.
Di Inggris, periode kering yang berkepanjangan memicu kebakaran besar di Langdale Moor, North Yorkshire, pada Agustus 2025.
Ware menuturkan, kebaharan tersebut dinyatakan sebagai insiden besar karena sulit dikendalikan selama berminggu-minggu dan membutuhkan damkar dari seluruh wilayah.
Bencana alam akibat krisis iklim terjadi sepanjang 2025. Peneliti melaporkan kebakaran hutan di Inggris hingga suhu ekstrem di Jepang."Perkiraan yang diterbitkan pada pertengahan tahun 2025 menunjukkan bahwa kebakaran hutan telah menelan biaya lebih dari 350 juta euro (sekitar Rp 6,9 triliun), dengan memperhitungkan biaya pemadaman kebakaran, kerusakan lahan, polusi asap, serta dampak terhadap sektor pariwisata dan pertanian," jelas Ware.
Insiden tersebut, lanjut dia, mengartikan Inggris belum siap menghadapi ancaman kebakaran hutan yang diperparah krisis iklim. Terlebih, intensitas kebakaran pun kian sering terjadi.
Baca juga: Anomali Iklim di Indonesia Bikin Badai Tropis Makin Sering, Ini Penjelasan BRIN
Kejadian serupa melanda Semenanjung Iberia di tengah gelombang panas ekstrem dengan suhu melebihi 40 derajat celsius dan kelembapan rendah. Di Spanyol, tercatar rekor panas harian baru, mencapai 45,8 derajat celsius.
Ware melaporkan, hingga September 2025, 383.000 hektar lahan terbakar di Spanyol. Portugal juga mengalami kebakaran, dengan luas 260.000 hektar atau sekitar tiga persen dari luas daratan negara itu dan hampir lima kali lipat dari rata-rata tahunan.
"Kebakaran tersebut menewaskan sedikitnya enam orang secara langsung, sementara dampak asap dan polusi udara memengaruhi ribuan orang lainnya dan menyebar hingga ke Eropa. Penilaian ekonomi awal memperkirakan kerugian ekonomi langsung akibat kebakaran ini mencapai sekitar 810 juta dollar AS (Amerika Serikat, sekitar Rp 13,5 miliar)," jelas dia.
Jika pemanasan global terus berlanjut, suhu tinggi luar biasa dan kondisi kering ekstrem seperti yang terjadi pada 2025 diperkirakan akan semakin sering terjadi.
Baca juga: Akademisi IPB Sebut Hutan Adat Bisa Tekan Emisi Gas Rumah Kaca dan Krisis Iklim
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya