Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India

Kompas.com, 23 Desember 2025, 12:00 WIB
Zintan Prihatini,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) bekerja sama dengan dokter hewan dari Vantara, India, untuk mencegah kematian gajah sumatera akibat infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

Vantara adalah pusat penyelamatan, rehabilitasi, dan konservasi satwa liar raksasa di Jamnagar, Gujarat, India.

Baca juga: 

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut, Satyawan Pudyatmoko menyatakan, tim dokter Vantara India dan Fauna Land Indonesia hadir di Riau untuk memantau kondisi gajah. Mereka melakukan analisis medis dan tindakan preventif terhadap penyebaran virus EEHV.

“Kami mengunjungi Taman Wisata Alam Buluh Cina di Balai Besar KSDA Riau, bersama dengan tim dari Vantara dari India untuk mengevaluasi bersama-sama, melihat kondisi gajah yang di-captivity (dikurung)," ucap Satyawan dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).

Tindakan itu dilakukan usai gajah sumatera bernama Laila ditemukan tewas di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga, Bengkalis, Riau. Gajah betina berusia satu tahun enam bulan tersebut mati karena virus EEHV.

Kemenhut datangkan dokter dari India, cegah kematian gajah

Pencegahan infeksi EEHV pada gajah butuh keterampilan

Anak gajah sumatera yang baru saja lahir bersama induknya bernama Yulia di Taman Nasional Way Kambas Lampung, Jumat (5/12/2025).Dok. ANTARA/HO-Kemenhut Anak gajah sumatera yang baru saja lahir bersama induknya bernama Yulia di Taman Nasional Way Kambas Lampung, Jumat (5/12/2025).

Menurut Satyawan, pencegahan kematian gajah akibat infeksi EEHV memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai terutama dalam mendeteksi penyakit sejak dini. I

a berharap, kerja sama dengan Vantara dapat menyelamatkan populasi gajah sumatera yang kini terancam karena hilangnya ekosistem dan ancaman infeksi EEHV.

“Kami bekerja sama dengan mitra kami dari luar negeri untuk datang bersama-sama. Membuat peaceline data untuk gajah yang ada di sini, lalu juga tentu capacity building untuk mahout (pawang gajah) ya,” tutur dia.

Kemenhut dan Vantara bakal menjangkau semua lokasi kantong gajah di Taman Nasional Tesso Nilo, Sebanga, Waykambas, maupun wilayah lainnya.

Baca juga: 

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni pun mengakui dirinya telah meminta bantuan Fauna Land Indonesia untuk mendatangkan dokter gajah.

“Saya sudah kontak teman di India bisa menemukan antivirus itu, tinggal study-nya apakah cocok atau tidak dengan gajah kita," tutur Raja Juli.

"Saat ini sudah ada progress, mereka bahkan mau memberi gratis jika cocok dengan gajah kita. Tinggal satu langkah riset lagi,” imbuh dia.

Sementara itu, CEO Fauna Land Indonesia, Danny Gunalen menyampaikan, pihaknya sebagai perwakilan Vantara di Indonesia, siap mendukung pemerintah dalam survei dan penanganan kesehatan gajah di Taman Wisata Alam Buluh Cina.

Danny menuturkan, Vantara India dikenal sebagai salah satu pusat penyelamatan dan rumah sakit gajah terbesar di dunia.

“Kebetulan kami bermitra dengan Vantara dari India. Mereka adalah salah satu rescue center gajah terbesar di dunia, dan memiliki rumah sakit gajah terbesar di dunia,” sebut Danny.

Dia menambahkan, tim dokter spesialis gajah dari India sudah mendiagnosis awal, mempelajari kondisi kesehatan hingga kesejahteraan gajah di lokasi tersebut. Utamanya, pasca-merebaknya penyakit herpes.

"Kami akan melakukan langkah-langkah berikutnya, preventif measurement dari medis dan akan berkala ini. Kami terapkan supaya menghindari terjadi kematian lagi,” papar Danny.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
Belajar dari Banjir Sumatera, Daerah Harus Siap Hadapi Siklon Tropis Saat Nataru 2026
LSM/Figur
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
KUR UMKM Korban Banjir Sumatera Akan Diputihkan, tapi Ada Syaratnya
Pemerintah
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Kementerian UMKM Sebut Produk China Lebih Disukai Dibanding Produk Indonesia, Ini Sebabnya
Pemerintah
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
Walhi Sebut Banjir Sumatera Bencana yang Direncanakan, Soroti Izin Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
LSM/Figur
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Pemerintah
Industri Finansial Dituding Berkontribusi terhadap Bencana di Sumatera
Industri Finansial Dituding Berkontribusi terhadap Bencana di Sumatera
LSM/Figur
Solusi Tas Spunbond Menumpuk, Jangan Diperlakukan Seperti Kantong Plastik
Solusi Tas Spunbond Menumpuk, Jangan Diperlakukan Seperti Kantong Plastik
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau