Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solusi Tas Spunbond Menumpuk, Jangan Diperlakukan Seperti Kantong Plastik

Kompas.com, 22 Desember 2025, 15:35 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Coba cek, adakah tumpukan tas spunbond di rumah? Sebab, tas yang umumnya berbahan kuat ini kerap diperlakukan layaknya kantong plastik sekali pakai di Indonesia.

Sistem penggunaan ulang tas spunbond di Indonesia masih belum terbentuk sehingga sering kali dibiarkan menumpuk di rumah sehabis berbelanja. Indonesia perlu membentuk sistem yang memungkinkan tas spunbond dipakai berulang kali sampai rusak.

Baca juga: 

Misalnya, sistem pengembalian tas spunbond kepada restoran, retail, atau tenant terkait lainnya sebagai pihak penyedianya. Atau, sistem pengembalian atau pendonasian tas spunbond di beberapa titik pasar tradisional.

Tas spunbond sebenarnya bisa diperbaiki jika sudah rusak untuk mempertahakan sifat guna ulangnya. Namun, edukasi penggunaan berulang tas spunbond belum masif.

"(Penggunaan berulang tas spunbond) belum dilakukan oleh banyak pihak sehingga tas spunbond ini masih bersifat sekali pakai dan sangat disayangkan, padahal kita mau melarang plastik sekali pakai, kemudian muncul pengganti yang sifatnya guna ulang cuma secara sistem masih dipakai hanya untuk pemakaian yang singkat," ujar Manajer Komunikasi Dietplastik Indonesia, Adithiyasanti Sofia kepada Kompas.com, Senin (22/12/2025).

Solusi tas spunbond yang menumpuk

Dietplastik membuat titik pengembalian tas spunbond

Respons para pedagang di Pasar Koja Baru ketika dihimbau untuk gunakan spunbond. Rabu (6/3/2024)KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Respons para pedagang di Pasar Koja Baru ketika dihimbau untuk gunakan spunbond. Rabu (6/3/2024)

Menurut Sofia, tas spunbond tidak pernah disebutkan secara spesifik sebagai pengganti kantong plastik sekali pakai dalam berbagai peraturan daerah terkait.

Tas spunbond hanya menjadi salah satu alternatif pengganti kantong plastik sekali pakai karena sifatnya yang bisa digunakan ulang dan tidak diberikan secara gratis kepada konsumen.

Oleh sebab itu, Dietplastik Indonesia bersama Dinas Lingkungan Hidup Jakarta telah membuat titik-titik pengembalian atau pendonasian tas belanja guna ulang dari bahan apa pun, termasuk spunbond, di sejumlah pasar tradisional.

Tujuannya agar tas spunbond bisa digunakan kembali oleh konsumen pasar tradisional sehingga tidak menjadi sampah dan mengurangi pemakaian kantong plastik ketika berbelanja.

Baca juga:

Bolehkah tas spunbond diberikan gratis?

Ilustrasi tas spunbond.Dok. Freepik/Freepik Ilustrasi tas spunbond.

Tas spunbond yang saat ini menumpuk di rumah konsumen, kata Sofia, kebanyakan diperoleh dari belanja online (daring).

Khususnya, jika memesan secara online, konsumen tidak mempunyai pilihan untuk membawa makanan atau minumannya selain dengan tas spunbond itu. Padahal, tas spunbond masih mengandung plastik, yang dilarang diberikan secara gratis.

Larangan itu salah satunya tercantum dalam Pergub Jakarta Nomor 142 Tahun 2019 adalah tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan (KBRL). Namun, belum ada regulasi yang memungkinkan sistem penggunaan ulang tas spunbond terbentuk dalam ranah transaksi secara online.

Di sisi lain, pengawasan terhadap penggunaan kantong yang bersifat sekali pakai dalam ranah transaksi secara online juga perlu diperketat.

"Merchant atau retail yang memberikan tas belanja secara cuma-cuma ini bisa ditegur atau dikenakan sanksi karena pada dasarnya di Pergub Jakarta 142 Tahun 2019 sudah tersebutkan bahwa kantong belanja alternatif tidak bisa diberikan secara gratis kepada konsumen dan harus dibuatkan sistem untuk penggunaan kembali tas tersebut," jelas Sofia.

Baca juga:

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
Perubahan Iklim Berpotensi Mengancam Kupu-kupu dan Tanaman
LSM/Figur
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Sepanjang 2025, Bencana Iklim Sebabkan Kerugian hingga Rp 1.800 Triliun
Pemerintah
Industri Finansial Dituding Berkontribusi terhadap Bencana di Sumatera
Industri Finansial Dituding Berkontribusi terhadap Bencana di Sumatera
LSM/Figur
Solusi Tas Spunbond Menumpuk, Jangan Diperlakukan Seperti Kantong Plastik
Solusi Tas Spunbond Menumpuk, Jangan Diperlakukan Seperti Kantong Plastik
LSM/Figur
Kemenhut Bolehkan Warga Manfaatkan Gelondongan Kayu Terbawa Banjir Sumatera
Kemenhut Bolehkan Warga Manfaatkan Gelondongan Kayu Terbawa Banjir Sumatera
Pemerintah
3 Orangutan Dilepasliar ke TN Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Barat
3 Orangutan Dilepasliar ke TN Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Barat
LSM/Figur
KLH Segel 5 Tambang di Sumatera Barat, Diduga Picu Banjir Sumatera
KLH Segel 5 Tambang di Sumatera Barat, Diduga Picu Banjir Sumatera
Pemerintah
Banjir Bandang Dinilai Munculkan Risiko terhadap Keanekaragaman Hayati Sumatra
Banjir Bandang Dinilai Munculkan Risiko terhadap Keanekaragaman Hayati Sumatra
LSM/Figur
Keanekaragaman Hayati Tebet Eco Park, 20 Jenis Burung hingga Reptil Teridentifikasi
Keanekaragaman Hayati Tebet Eco Park, 20 Jenis Burung hingga Reptil Teridentifikasi
LSM/Figur
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Dampak CO2 pada Pangan, Nutrisi Hilang dan Kalori Bertambah
Swasta
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
Indonesia Disebut Terbelakang dalam Kebencanaan akibat Anggaran Terlalu Kecil
LSM/Figur
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Status Kawasan Hutan Bikin Ribuan Desa Tertinggal, Bisa Picu Konflik Agraria
Pemerintah
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
Pakar Tanyakan Alasan Indonesia Tolak Bantuan Asing untuk Korban Banjir Sumatera
LSM/Figur
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
Peristiwa Langka, Beruang Kutub Betina Terekam Adopsi Anak Beruang Kutub Lain di Kanada
LSM/Figur
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Menteri ATR Nusron Tahan 1,67 Juta Hektar HGU, Tawarkan 2 Skema Reforma Agraria
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau