Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2023, 08:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Paneltech US Corp, perusahaan yang berbasis di California, Amerika Serikat, tertarik untuk berinvestasi mengelola sampah menjadi material bangunan ramah lingkungan di Indonesia.

Rencananya, mereka akan membangun pabrik yang dioperasikan dengan mengadopsi teknologi hijau (green technology) di dua provinsi yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali sebagai percontohan.

Bila percontohan ini berhasil, Perusahaan akan melakukan ekspansi dengan membuka pabrik di wilayah lainnya di Indonesia.

Indonesia punya potensi besar untuk membuat material konstruksi ramah lingkungan, karena setiap tahun produksi sampah Nasional terus menunjukkan tren meningkat.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat total sampah Nasional tahun 2021 mencapai 68,5 juta ton, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 11 persen.

Baca juga: Lebih Jauh dengan TPS3R, Teknologi Pengolah Sampah Ramah Lingkungan

Pada tahun 2022, jumlah sampah Nasional kembali naik menjadi 70 juta ton. Sampah yang belum dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PLSB3) hingga saat ini sekitar 24 persen atau 16 juta ton.

Sayangnya, dari 69 persen sampah yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) hanya tujuh persen yang terdaur ulang.

 Contoh rumah yang dibangun menggunakan panel kayu yang terbuat dari hasil olam sampah plastikPaneltech Contoh rumah yang dibangun menggunakan panel kayu yang terbuat dari hasil olam sampah plastik
Jika dibandingkan dengan sampah yang sudah dikelola dengan baik di negara Malaysia serta Singapura, Indonesia masih tertinggal jauh, yakni mencapai 16 juta ton.

Berangkat dari peliknya masalah penanganan sampah di Indonesia, PANELTECH.US Corp. hadir untuk menjadi solusi untuk pengelolaan sampah berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bisa memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat.

CEO Paneltech US Corp. Leiven Tsai menuturkan, Perusahaan didirikan pada tahun 2020 untuk memberikan solusi ramah lingkungan bagi distribusi global.

"Selama beberapa tahun terakhir, kami telah berhasil menciptakan beragam portofolio teknologi berkelanjutan yang telah terintegrasikan dalam kesatuan solusi hijau kami," ujar Leiven, dalam rilis, Jumat (5/5/2023).

Saat ini, Paneltech US Corp memiliki pabrik yang berada di Taiwan. Produk yang dihasilkan berupa panel board atau papan dari bahan sampah yang diproduksi untuk digunakan sebagai bahan bangunan seperti dinding, lantai parket, hingga furnitur sebagai pengganti kayu.

Selain itu, Perusahaan juga memiliki paten yang meliputi pemrosesan sampah plastik, sampah organik, sampah elektronik, dan sampah kotor menjadi energi dan sejenisnya.

Bangun Ekosistem Produksi dan Konsumsi

Paneltech US Corp diklaim telah membangun ekosistem produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab dengan menghadirkan solusi ramah lingkungan yang praktis secara ekonomi ke saluran distribusi dan merek global.

Untuk memasarkan produknya, Perusahaan telah memiliki jejaring pasar di Eropa dan AS, salah satunya adalah Walmart.

Selain mengentaskan masalah sampah, mengurangi emisi karbon, dan mencegah deforestasi, Indonesia bisa mendapatkan sumber devisa baru dengan mengekspor produk Paneltech US Corp ke mancanegara.

Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyambut baik keinginan Paneltech US Corp untuk berinvestasi di Indonesia.

"Pemerintah Indonesia terbuka untuk investasi. Apalagi teknologi dan produk Paneltech US Corp dapat membantu mengentaskan masalah pengelolaan sampah, mengurangi emisi karbon, dan mencegah deforestasi," ujar Bahlil.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim dan Gelombang Panas Picu Kebakaran Hutan Terburuk di Eropa Selatan
Perubahan Iklim dan Gelombang Panas Picu Kebakaran Hutan Terburuk di Eropa Selatan
Pemerintah
Pupuk Indonesia Gelar Svarna Bhumi Award 2025, Apresiasi Inovasi Petani dan Pegiat Pangan
Pupuk Indonesia Gelar Svarna Bhumi Award 2025, Apresiasi Inovasi Petani dan Pegiat Pangan
BUMN
BMKG: Perubahan Iklim Picu Cuaca Ekstrem di Indonesia
BMKG: Perubahan Iklim Picu Cuaca Ekstrem di Indonesia
Pemerintah
Lestarikan Tradisi, Pacu Jalur 2025 Dorong Pertumbuhan Ekonomi di Riau
Lestarikan Tradisi, Pacu Jalur 2025 Dorong Pertumbuhan Ekonomi di Riau
Pemerintah
Perubahan Iklim dan Deforestasi Ubah Hutan Amazon Menjadi Sabana dalam Waktu Seabad
Perubahan Iklim dan Deforestasi Ubah Hutan Amazon Menjadi Sabana dalam Waktu Seabad
Pemerintah
Gelombang Panas Ekstrem Ungkap Kerentanan Jaringan Listrik di Eropa
Gelombang Panas Ekstrem Ungkap Kerentanan Jaringan Listrik di Eropa
Pemerintah
Restorasi Situs Warisan Dunia di Burkina Faso Terancam Perubahan Iklim
Restorasi Situs Warisan Dunia di Burkina Faso Terancam Perubahan Iklim
LSM/Figur
Panas dan Kelembaban Ekstrem Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Panas dan Kelembaban Ekstrem Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Pemerintah
Rekor Iklim 2024, dari Suhu Panas Ekstrem hingga Amukan Badai
Rekor Iklim 2024, dari Suhu Panas Ekstrem hingga Amukan Badai
LSM/Figur
Studi: Air Tawar Dunia Menyusut, Sumbang Kenaikan Permukaan Laut Lebih Besar
Studi: Air Tawar Dunia Menyusut, Sumbang Kenaikan Permukaan Laut Lebih Besar
Pemerintah
Greenpeace: Kemerdekaan Sejati Butuh Keadilan Iklim, Presiden Mengabaikannya
Greenpeace: Kemerdekaan Sejati Butuh Keadilan Iklim, Presiden Mengabaikannya
LSM/Figur
ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak
ICJ Akui Krisis Iklim sebagai Isu HAM, Tapi Abaikan Hak Anak
Pemerintah
Subsidi Turun, Tarif Trump Menghantam, Tapi Penjualan EV Melonjak
Subsidi Turun, Tarif Trump Menghantam, Tapi Penjualan EV Melonjak
Swasta
SBTi: Target Emisi Industri Meroket, China Pimpin dengan 228 Persen
SBTi: Target Emisi Industri Meroket, China Pimpin dengan 228 Persen
Swasta
Rusa Kutub Diperkirakan Turun 84 Persen pada 2100 akibat Krisis Iklim
Rusa Kutub Diperkirakan Turun 84 Persen pada 2100 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau