JAKARTA, KOMPAS.com - Zagy Berian, sociopreneur Indonesia terpilih menjadi salah satu dari 14 penasihat muda Sekretaris Jenderal PBB untuk Perubahan Iklim. Dia merupakan satu-satunya anggota dari Asia Tenggara yang bergabung dalam kelompok ketiga Youth Advisory Group on Climate Change Sekjen PBB itu.
Kelompok ini bertugas memberikan masukan ataupun perspemtif, hingga rekomendasin guna mendukung PBB dalam mempercepat aksi global menghadapi krisis iklim. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengakui bahwa advokasi generasi muda menjadi pendorong utama melawan kondisi alam saat ini.
“Itulah mengapa saya bangga mengumumkan dimulainya kelompok ketiga Youth Advisory Group on Climate, sekaligus memperluas keanggotaannya dari tujuh menjadi 14 orang," kata Guterres dalam keterangannya, Selasa (12/6/2025).
Baca juga: Krisis Iklim Perbanyak Jumlah Penduduk Miskin dan Jadi Beban Bagi Perempuan
"Ini berarti lebih banyak ruang bagi suara muda di meja perundingan, lebih banyak ruang bagi kepemimpinan pemuda, dan lebih banyak ruang untuk membentuk aksi iklim," imbuh dia.
Asia Tenggara termasuk kawasan yang paling rentan terhadap risiko iklim, mulai dari kenaikan permukaan laut yang mengancam komunitas pesisir hingga cuaca ekstrem yang mengganggu sistem pangan dan mata pencaharian.
Sebagai wakil dari kawasan ini, Zagy membawa pengalaman lokal sekaligus keterlibatan internasional ke dalam kelompok tersebut.
Di Youth Climate Justice Fund di Asia Selatan, ia menjabat sebagai Regional Facilitator, yang mendukung gerakan keadilan iklim berbasis pemuda di tingkat akar rumput.
“Bagi saya, ini berarti mendorong aksi iklim yang luar biasa melalui kolaborasi, sambil memastikan setiap suara didengar dalam membentuk masa depan global yang lebih adil dan berkelanjutan,” tutur Zagy.
Zagy yang juga pendiri Society of Renewable Energy (SRE), dianggap menginspirasi maupun menggerakkan jaringan luas pemuda di Indonesia.
Baca juga: Akademisi UGM: Perubahan Iklim dan Manusia Jadi Pemicu Keringnya Sungai Eufrat
Secara internasional, ia berkontribusi dalam strategi keterlibatan pemuda G20 Energy Transition Working Group bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Lainnya, terlibat dalam B20 Task Force on Energy, Sustainability, and Climate, serta menjabat sebagai Chief di Southeast Asia Youth Forum on Energy di bawah ASEAN.
Salah satu inisiatif penting yang dijalankan yakni program edukasi dan kesadaran energi terbarukan di Pati, Jawa Tengah. Pihaknya bekerja sama dengan petani setempat untuk mengintegrasikan solusi energi bersih dalam praktik pertanian berkelanjutan.
Adapun 13 anggota dari Youth Advisory Group yang baru di antaranya Angela Busheska (Makedonia Utara), Ashley Lashley (Barbados), Axel Eriksson (Swedia), Charitie Ropati (Amerika Serikat), Farzana Faruk Jhumu (Bangladesh), Jabri Ibrahim (Kenya), Kantuta Diana Conde (Bolivia), Lena Goings (Amerika Serikat), Marcel Bodewig (Jerman), Okalani Mariner (Samoa), Sibusiso Mazomba (Afrika Selatan), Txai Surui (Brasil), dan Zuzanna Borowska (Polandia).
Penambahan jumlah anggota Youth Advisory Group dilakukan mengingat tren global yang mengkhawatirkan terkait penyempitan ruang gerak sipil, dan keterbatasan pendanaan terhadap aktivis muda, hingga menghambat keterlibatan mereka dalam upaya iklim.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Akibat Perubahan Iklim Kian Sering Batalkan Acara Besar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya