Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/01/2024, 07:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Kemudian dari segi polusi udara, Rahmi menjelaskan, kereta cepat berbasis listrik tidak menimbulkan emisi pada titik sumber kegiatan, sehingga tidak terekspos terhadap banyak orang.

Jalur diperpanjang, dampaknya?

Tidak hanya terbatas Jakarta-Bandung, jalur kereta cepat Whoosh direncanakan bakal diperpanjang hingga Surabaya dan daerah Jawa lainnya. 

Jika melihat dari segi emisi karbon yang dihasilkan, kembali pada alasan sebelumnya, Rahmi menilai Whoosh akan berdampak sangat positif.

Sebab, itu artinya penumpang pesawat dengan tujuan menjangkau kota berjarak jauh dengan waktu singkat, dapat beralih menggunakan kereta cepat. 

"Pure dari sisi efek ke GRK, kalau jalurnya diperpanjang, justru bisa meningkatkan manfaat karbon. Karena targetnya sudah bukan pengguna mobil, namun pengguna pesawat," ujar Rahmi. 

Pesawat adalah salah satu moda transportasi yang memiliki jejak karbon tertinggi dan berada di posisi terbawah dalam hierarki mobilitas berkelanjutan. Ditambah lagi upaya mendekarbonisasi pesawat hingga saat ini masih menjadi tantangan yang besar.

Baca juga: Langkah Praktis Mengurangi Jejak Karbon dalam Perjalanan

Butuh waktu

Dalam konteks tadi, Rahmi menyampaikan, sebaiknya jalur kereta cepat diperpanjang selama masih layak secara ekonomi dan finansial.

Layak secara ekonomi mengacu bahwa suatu proyek atau usaha bisnis mampu menghasilkan pendapatan yang cukup, untuk menutupi biayanya dan memberikan pengembalian investasi yang wajar.

"Konstruksi kereta cepat memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar, ditambah untuk mencapai ridership yang tinggi juga merupakan proses yang memakan waktu, sehingga apabila pembangunan dimulai saat ini, manfaatnya baru kita rasakan bertahun-tahun kemudian," tutur dia. 

Jika proyek kasip dalam jangka waktu yang tidak ditentukan, risikonya adalah kesulitan dalam mencapai target net zero Indonesia pada tahun 2060.

Baca juga: Jejak Karbon: Pengertian, Penghitungan, dan Cara Menguranginya

Sementara itu, Larastiti menilai secara keseluruhan jika mempertimbangkan emisi karbon transportasi nasional, untuk jalur yang ada saat ini yaitu Jakarta-Bandung, dampak penggunaan Whoosh belum seberapa.

"Tren penurunan emisi angkutan umum perlu dilihat dalam jangka waktu yang lebih panjang. Apakah tren penggunaan Whoosh bisa bertahan lama atau sesaat, seperti pada momen liburan atau mudik. Untuk ini, kita butuh waktu," kata dia. 

Menurutnya, selain berfokus pada Whoosh, yang utama adalah masyarakat bisa menikmati berbagai opsi transportasi umum ke berbagai daerah lainnya. Sehingga, berdampak semakin luas terhadap lingkungan. 

"Yang penting adalah pemerintah memberikan opsi perjalanan angkutan umum yang reliabel bagi warga, sehingga warga bersedia berpindah naik angkutan umum, yang dampaknya dalam jangka panjang adalah pengurangan emisi karbon angkutan umum secara signifikan," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau