Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/01/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Implementasi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) Indonesia sangat rendah bila dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara.

Menurut Global Energi Monitor dalam laporan terbarunya, A Race to the Top: Southeast Asia 2024, kapasitas terpasang PLTS dan PLTB di Indonesia baru mencapai 178 megawatt.

Jumlah tersebut terdiri atas 21 MW kapasitas terpasang PLTS dan 157 MW kapasitas terpasang PLTB.

Baca juga: Revisi Aturan PLTS Atap Ditargetkan Rampung Tahun 2024

Capaian ini menempatkan Indonesia di posisi delapan dari 11 negara di Asia Tenggara yang dinilai oleh Global Energy Monitor.

Kapasitas PLTS dan PLTB terpasang di Indonesia terpaut jauh bila dibandingkan dengan Vietnam yang menempati posisi pertama dengan 19.501 MW.

Kapasitas terpasang PLTS dan PLTB di Indonesia juga masih di bawah negeri jiran, Malaysia dan Singapura, yang masing-masing memiliki 1.477 MW dan 186 MW.

Akan tetapi, menurut Global Energy Monitor, Indonesia berpotensi menambah kapasitas PLTS sebesar 16.530 MW yang terdiri atas 11.508 MW proyek yang diumumkan dan 5.022 proyek yang masuk tahap prakonstruksi.

Sedangkan untuk PLTB, Indonesia berpotensi menambah kapasitas sebesar 2.486 MW yang terdiri atas 1.689 MW proyek yang diumumkan dan 797 MW proyek masuk tahap prakonstruksi.

Baca juga: Menuju Kota Hijau, PLTS Kapasitas 50 MW akan Terangi IKN

Kapasitas PLTS dan PLTB di Asia Tenggara

Menurut Global Energy Monitor, berikut negara di Asia Tenggara dengan kapasitas terpasang PLTS dan PLTB dari yang terbesar hingga yang terkecil.

  • Vietnam: 19.501 MW
  • Thailand: 3.133 MW
  • Filipina: 3.018 MW
  • Malaysia: 1.477 MW
  • Kamboja: 429 MW
  • Myanmar: 190 MW
  • Singapura: 186 MW
  • Indonesia: 178 MW
  • Brunei Darussalam: 0 MW
  • Laos: 0 MW
  • Timor Leste: 0 MW

Menurut Global Energy Monitor, pengembangan energi terbarukan di Indonesia terhambat oleh besarnya pengaruh bahan bakar fosil.

Global Energy Monitor juga mencatat, Indonesia menjadi salah satu negara yang di ASEAN dengan konsumsi energi fosil terbesar.

Baca juga: 4 Fakta Unik soal PLTS yang Jarang Diketahui

Data berbeda

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. PLTB berkapasitas 75 megawatt ini merupakan salah satu dari sejumlah proyek hijau yang didanai oleh PT Bank BTPN Tbk yang menjadi PLTB pertama dan terbesar di Indonesia.Dok. PT UPC Sidrap Bayu Energi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. PLTB berkapasitas 75 megawatt ini merupakan salah satu dari sejumlah proyek hijau yang didanai oleh PT Bank BTPN Tbk yang menjadi PLTB pertama dan terbesar di Indonesia.

Di sisi lain, data yang dikeluarkan GEM tersebut berbeda dengan versi pemerintah yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dikutip dari publikasi Kementerian ESDM, Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2023, total pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) pada 2023 mencapai 13.155 MW.

Dari jumlah tersebut, kapasitas terpasang PLTS adalah 573,8 MW sedangkan kapasitas terpasang PLTB adalah 154,3 MW.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Usai BRGM Dibubarkan, 26.000 Hektar Gambut Terbakar, Siapa Kini yang Bertanggung Jawab?
Usai BRGM Dibubarkan, 26.000 Hektar Gambut Terbakar, Siapa Kini yang Bertanggung Jawab?
LSM/Figur
Belantara Foundation Ingatkan Pentingnya Koeksistensi untuk Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia
Belantara Foundation Ingatkan Pentingnya Koeksistensi untuk Mitigasi Konflik Gajah dan Manusia
LSM/Figur
KLH Usul Pemda Tarik Retribusi untuk Kelola Sampah Jadi Energi Listrik
KLH Usul Pemda Tarik Retribusi untuk Kelola Sampah Jadi Energi Listrik
Pemerintah
BRIN Wanti-wanti Hujan Mikroplastik Tak Hanya Terjadi di Jakarta
BRIN Wanti-wanti Hujan Mikroplastik Tak Hanya Terjadi di Jakarta
Pemerintah
Pemanfaatan Teknologi CCS Justru Berisiko Tingkatkan Emisi Karbon
Pemanfaatan Teknologi CCS Justru Berisiko Tingkatkan Emisi Karbon
LSM/Figur
Terang Lampu Surya Selamatkan Penyu, Kurangi Kasus Terjerat hingga 63 Persen
Terang Lampu Surya Selamatkan Penyu, Kurangi Kasus Terjerat hingga 63 Persen
LSM/Figur
PSN Merauke Dikritik Picu Deforestasi, Pemerintah Bilang Siap Reforestasi
PSN Merauke Dikritik Picu Deforestasi, Pemerintah Bilang Siap Reforestasi
Pemerintah
UNEP Kucurkan 100 Juta Dolar AS untuk Aksi Iklim, Indonesia Termasuk Penerima
UNEP Kucurkan 100 Juta Dolar AS untuk Aksi Iklim, Indonesia Termasuk Penerima
Pemerintah
Intervensi Pangan Berkelanjutan Perlu Libatkan Anak dan Remaja
Intervensi Pangan Berkelanjutan Perlu Libatkan Anak dan Remaja
LSM/Figur
Standar Baru Emisi Disepakati, Peluang Akhiri Kekacauan Perhitungan
Standar Baru Emisi Disepakati, Peluang Akhiri Kekacauan Perhitungan
Swasta
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Kemenhut: Kelompok Tani Hutan Bakal Pasok Produk ke Kopdes Merah Putih
Pemerintah
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
Perpres Baru Akui Semua Skema Karbon, Akhiri Tumpang Tindih Proyek Hijau
LSM/Figur
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
IESR: Harga Listrik akan Mahal jika Pemerintah Pertahankan PLTG
LSM/Figur
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Prabowo Teken Perpes 110 Tahun 2025, Disebut Bisa Percepat Investasi Hijau
Pemerintah
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
BNPB: Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Karhutla Jadi Bencana Paling Dominan sejak Awal 2025
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau