Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IESR: Penurunan Target EBT Ingkari Komitmen Net Zero Emission 2060

Kompas.com, 7 Februari 2024, 20:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, menilai rencana penurunan target energi terbarukan di 2025 tidak tepat, karena tidak sesuai dengan komitmen net zero emission pada 2060. 

Sebelumnya, pemerintah melalui Dewan Energi Nasional (DEN) tengah menyusun pembaruan atau revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Dalam revisi PP KEN tersebut, target bauran energi terbarukan memang diturunkan, dari 23 persen menjadi antara 17 sampai 19 persen pada 2025.

"Menurut kami, itu adalah pengingkaran terhadap komitmen atau target kita Net Zero Emission di 2060 atau lebih awal," ujar Fabby, dalam webinar Pojok Energi-Sinyal "Edge" Transisi Energi, Rabu (7/2/2024).

Baca juga: Target EBT Diturunkan, Kredibilitas Indonesia Dipertanyakan

Hal tersebut juga bertentangan dengan aksi-aksi di seluruh dunia, salah satunya dalam COP28 yang digelar akhir 2023 lalu.

Salah satu keputusan COP28 yang melibatkan sekitar 200 negara, sepakat untuk bertransisi dari bahan bakar fosil, untuk memenuhi target Paris Agreement. 

Jika dibandingkan dengan Indonesia yang malah berencana menurunkan target energi terbarukan, Fabby menyebut sejumlah negara bahkan berinisiatif melakukan tiga kali percepatan EBT. 

"Kalau kita lihat ada inisiatif yang mencoba melakukan tripling renewable energy 2030, targetnya adalah secara global energi terbarukan mencapai 11.000 GW di seluruh dunia di tahun 2030," tuturnya. 

Dorong target EBT jadi 45 persen 

Fabby memandang Indonesia seharusnya dapat memainkan strategi yang mampu mencapai target bauran energi terbarukan yang tinggi, alih-alih menurunkan targetnya.

Ia mengatakan, energi terbarukan harus naik besar-besaran. Bauran EBT sampai 40-45 persen sama dengan menambah energi baru terbarukan hingga 60-70 GW.

"Menurut hitungan IESR, kalau kita mau selaras dengan NZE 2060 atau lebih awal maka memang bauran energi di 2030 mencapai 40-45 persen," ucapnya.

"Harusnya 40-45 persen kalau kita mau selaras dengan Paris Agreement. Bahkan lebih dari itu, tergantung pada jenis bauran energi terbarukan yang akan kita buat," imbuh Fabby.

Apalagi, berbagai kebijakan yang ada seperti Peraturan Presiden (Perpres) No. 112/2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik dan kesepakatan JETP telah menempatkan Indonesia dalam kondisi konsolidasi untuk ‘lepas landas’ transisi energi.

‘Lepas landas’ transisi energi sendiri, selayaknya sebuah pesawat, memerlukan kondisi optimalnya dengan berbagai komitmen politik yang kuat, kebijakan yang memadai, dan strategi yang matang.

Sayangnya, kehadiran RPP KEN ini dapat menunda percepatan transisi energi di Indonesia dan menghambat masyarakat Indonesia untuk menikmati manfaat yang lebih besar dari pengembangan energi terbarukan.

Fabby menuturkan, Indonesia akan terlambat mengalami murahnya harga listrik energi terbarukan, penurunan emisi, penciptaan lapangan kerja hijau, dan perkembangan industri manufaktur serta rantai pasok energi terbarukan.

"Kalau kita peaking-nya semakin lama, maka kalau kita mau turun 2050 untuk sektor kelistrikan bahkan 2060 untuk seluruh sektor energi turunnya akan sangat curam. Biasanya sesuatu yang ekstrem itu berat. Tidak hanya berat dalam arti adopsi teknologi harus lebih cepat, biaya lebihnya mahal, kemudian risiko yang dihasilkan tidak mencapai target juga tinggi," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau