Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja di Jerman Mulai Bekerja 4 Hari dalam Seminggu, Ini Tujuannya

Kompas.com, 7 Februari 2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jerman memulai uji coba kerja empat hari dalam seminggu bagi para pekerja pada 1 Februari.

Uji coba tersebut akan berlangsung selama enam bulan dan melibatkan para karyawan dari 45 perusahaan di negara tersebut.

Baca juga: TAPMI Ditetapkan sebagai Pihak Terkait Judicial Review UU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Dalam uji coba ini, para pekerja mendapatkan hari kerja lebih sedikti namun dengan upah atau gaji yang sama seperti saat mereka bekerja lima hari dalam seminggu.

Dilansir dari Euronews, Minggu (4/2/2024), uji coba tersebut diinisiasi oleh perusahaan konsultan manajemen yang berbasis di Berlin, Intraprenor, bersama dengan kolaborasi organisasi nirlaba 4 Day Week Global (4DWG).

Tujuan dari gerakan kerja empat hari dalam seminggu tersebut adalah membuat pekerja lebih bahagia dan produktif.

Mengapa hari kerja lebih sedikit bisa membuat pekerja semakin produktif? Dengan pemangkasan hari kerja, diharapkan para pekerja menjadi lebih bahagia sehingga produktivitas semakin meningkat.

Baca juga: Angka Pekerja Anak Tembus 1 Juta, Kolaborasi Lintas Sektor Diperlukan

Produktivitas Jerman menurun

Saat ini, Jerman mengalami perlambatan pertumbuhan produktivitas pekerja sekaligus mulai menghadapi kekurangan tenaga kerja.

Produktivitas biasanya dihitung dengan membagi output ekonomi dengan jam kerja.

Setelah mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar 105,20 poin pada November 2017, produktivitas Jerman terus menurun, menurut data dari Deutsche Bundesbank.

Pada November 2023, data terkini yang tersedia, produktivitas turun menjadi 95,80 poin dari 96,79 poin pada bulan sebelumnya.

Menurut para pendukung sistem tersebut dan sebagian besar pekerja yang sudah mencoba, mengurangi satu hari kerja dalam seminggu akan meningkatkan kesejahteraan dan motivasi pekerja, sehingga membuat mereka lebih produktif.

Bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit per minggu mungkin juga dapat meyakinkan mereka yang tidak ingin bekerja seminggu penuh untuk memasuki dunia kerja.

Sehingga, hal tersebut juga membantu mengurangi kekurangan tenaga kerja yang saat ini terjadi di negara-negara industri maju di seluruh dunia.

Baca juga: Semangat Sehat Mahija Hadirkan Layanan Kesehatan bagi Pekerja Informal Sampah Daur Ulang

Kekurangan tenaga kerja

Sebagai negara maju, Jerman tengah mengalami kekurangan tenaga kerja untuk mengisi posisi pekerja yang ber-skill tinggi.

Pada November 2023, Kamar Dagang dan Industri Jerman melaporkan, separuh perusahaan Jerman kesulitan mencari pekerja.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
Laut Kunci Atasi Krisis Pangan Dunia, tapi Indonesia Tak Serius Menjaga
LSM/Figur
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
Konsumen Gandrungi Kendaraan Listrik, Penjualan Baterai EV Naik 9 Kali Lipat
LSM/Figur
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
Indef: Ambisi B50 Sejalan dengan Transisi Energi, tapi Butuh Stabilitas Pendanaan
LSM/Figur
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Ethiopia Jadi Tuan Rumah COP32, COP31 Masih Jadi Rebutan Australia dan Turki
Pemerintah
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
RI Jadikan Sektor FOLU Pilar Pasar Karbon Internasional Dalam COP30
Pemerintah
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
Masalah Baru, Cara Usang: Resep Orde Baru Dinilai Tak Akan Atasi Krisis Pangan
LSM/Figur
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau