KOMPAS.com - Berbagai penyakit yang menyerang pernapasan seperti asma, tuberkulosis (TBC), dan pneumonia biasanya disertai dengan batuk.
Penyakit-penyakit tersebut juga bisa menjangkiti siapa saja, termasuk anak-anak.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu mencegah penularan penyakit tersebut serta mewaspadai gejala-gejalanya.
Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Rina Triasih mengungkapkan, ada beberapa perbedaan batuk dari penyakit asma, TBC, dan pneumonia pada anak.
Dilansir dari Antara, Selasa (20/2/2024), berikut perbedaan batuk dari ketiga penyakit tersebut pada anak.
Baca juga: Setiap Harinya, 385 Pasien TBC di Indonesia Meninggal Dunia
Rina menuturkan, biasanya anak yang terjangkit pneumonia mengalami batuk selama sampai tujuhh hari.
"Biasanya itu akan ada batuk, bisa disertai pilek, bisa dengan demam atau tidak," kata Rina.
Pada hari ketiga sampai kelima, muncul gejala anak menjadi tidak aktif diikuti dengan napas cepat dan adanya tarikan pada dinding dada.
"Jadi ya kelihatan yang kalau bayi neteknya nggak kuat, kalau anak-anak yang biasa aktif, dia jadi tidak seaktif biasanya," ucap Rina.
Baca juga: Informasi Obat Pencegah TBC Diluncurkan, Jurus WHO Tekan Kasus Global
Sedangkan pada asma, kata Rina, batuk yang dialami bersifat kronik, lama, dan berulang, dan diikuti serangan sesak napas.
Rina menuturkan, anak yang mengalami asma batuknya hilang-muncul alias kambuhan.
"Biasanya pemicu (kambuh batuk) ada pada hal-hal tertentu yang orang nanti akan hapal. Ini kalau habis minum es terus batuk-batuk," ujar Rina.
Selain itu, sesak napas yang dialami anak dengan asma agak beda dengan pneumonia.
"Kalau pneumonia itu dia nanti batuknya tiga sampai lima hari baru dia sesak, kalau asma ini biasanya pagi batuk, nanti besoknya bisa langsung sesak," tambahnya.
Selain itu, tambah Rina, pada anak yang menderita asma terdapat ciri khusus yaitu mengi pada saat anak bernapas.
Baca juga: Di Brasil, Indonesia Serukan Penyediaan Vaksin TBC Terbaru
Adapun pada TBC, kata dia, batuk yang dialami oleh anak terjadi selama lebih dari dua pekan dan disertai batuk darah.
"Kemudian ada demam, demam yang tidak tinggi, lebih dari dua minggu, juga sudah dikasih antibiotik yang tidak membaik, dan biasanya disertai berat badan yang turun," paparnya.
Rina mengimbau, jika gejala-gejala tersebut muncul pada anak, maka orangtua harus segera membawa anaknya berobat di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Selain itu, jika anak mengidap TBC, maka orangtua juga perlu memeriksakan anggota keluarga yang lain.
Pasalnya, TBC dapat menular kepada orang lain jika ada kontak.
Baca juga: Banyak Pasien TBC Meninggal Sebelum Pengobatan karena Kurang Pengetahuan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya