KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia mendorong upaya percepatan penyediaan vaksin tuberkulosis (TBC) terbaru melalui Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke-37 yang berlangsung di Kota Brasilia, Brasil, Jumat (9/2/2024).
Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (10/2/2024).
Budi mengatakan, vaksin TBC dapat menjadi solusi perlindungan yang terjangkau secara ekonomi dan menjaga keberlangsungan produktivitas masyarakat.
Baca juga: Jumlah Kasus TBC 2023 Naik, Ini Kata Kemenkes
Dia menambahkan, jika eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, maka vaksin TBC butuh pengembangan maksimal selama tiga tahun.
Batas waktu tersebut diperlukan agar vaksin TBC dapat mulai digunakan pada 2028." Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus," kata Budi.
Sebagai negara yang terdampak TBC, kata Budi, Indonesia telah meyakinkan seluruh anggota G20 agar melakukan investasi memadai.
Sehingga, diharapkan vaksin TBC yang baru dapat tersedia dalam tiga tahun mendatang.
Baca juga: Banyak Pasien TBC Meninggal Sebelum Pengobatan karena Kurang Pengetahuan
Budi mengatakan, vaksin TBC yang tersedia di tanah air saat ini adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG).
Vaksin tersebut dipakai sebagai perlindungan parsial untuk mencegah TBC yang berat pada bayi dan anak usia dini.
Akan tetapi, vaksin tersebut tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC. Pengembangan vaksin TBC yang efektif, menurut Budi, perlu mencakup semua usia.
Terutama untuk anak dan orang dewasa dengan kemampuan menurunkan insiden 90 persen dan 95 persen menurunkan kematian.
Baca juga: Jutaan Pasien TBC di Dunia Belum Dapat Pengobatan Memadai
Kandidat vaksin TBC juga harus memiliki kemampuan menanggulangi resistensi obat, di mana bakteri tidak merespons pengobatan standar yang umumnya efektif untuk mengobati infeksi TBC.
Sejumlah bakal vaksin TBC yang sedang dikembangkan memiliki kemampuan untuk mencegah penyakit TBC pada anak dan orang dewasa.
Selain itu, sejumlah bakal vaksi TBC juga dapat menggantikan atau menguatkan vaksin BCG, mencegah kekambuhan pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan, atau memperpendek durasi pengobatan.
Indonesia sendiri, ujar Budi, telah aktif berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TBC.
Baca juga: TBC Jadi Salah Satu Penyebab Anak Stunting
Pertama, vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF).
Kedua, vaksin yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal China, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana.
Ketiga, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma.
"Saya percaya dengan investasi ini kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," ucap Budi.
Baca juga: Dunia Sepakat Akhiri TBC pada Tahun 2030
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya