KOMPAS.com - Taman Hutan Raya (Tahura) Mangrove Ngurah Rai, Bali, merupakan salah satu bukti keberhasilan Indonesia dalam melakukan restorasi mangrove.
Dalam gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 bulan ini, Presiden Joko Widodo akan mengajak para pemimpin negara untuk mengunjungi Tahura Ngurah Rai pada Senin (20/5/2024).
“Tahura ini tempat penanaman dan pembenihan mangrove. Ini adalah komitmen dan bukti keberhasilan kita soal climate action,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko) Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangannya, Minggu (19/5/2024).
Baca juga: Jadi Pembicara WWF Bali, AHY Bahas Tantangan Pengelolaan Air
Memiliki luas 1.300 hektar, Tahura Mangrove Ngurah Rai telah menjadi rumah bagi 33 spesies mangrove dan 300 spesies fauna.
Dari 33 jenis bakau atau mangrove, paling banyak adalah pidada putih (Soneratia alba) atau prapat dalam bahasa setempat. Jenis lainnya, yaitu bakau putih (Rhizophora apiculata) dan tancang (Bruguiera gymnorhyza).
“Kita mau menunjukkan ke dunia, Indonesia sudah berhasil melakukan restorasi karena mangrove juga ini banyak manfaatnya baik untuk manusia maupun ekosistem sekitarnya,” imbuh Luhut.
Luhut menyampaikan, setidaknya terdapat tiga fungsi jasa lingkungan mangrove. Pertama, habitat and nursery function di mana mangrove menjadi tempat berlindung dan berkembang biaknya berbagai jenis fauna serta biota laut.
Kedua, coastal protection and erosion control yang akan menjadi buffer zone dalam menstabilisasi sedimen dan purifikasi air, perlindungan garis pantai, erosi, mitigasi bencana seperti tsunami dan badai.
Ketiga, sebagai nutrient cycling and carbon sequestration. Dalam banyak penelitian, mangrove memiliki kemampuan untuk menyimpan huge stocks of carbon, baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan yang jauh lebih besar dibandingkan kemampuan menyimpan karbon di hutan-hutan terrestrial.
Baca juga: Buron Penambang Pasir Timah Ilegal di Belitung Timur Ditangkap, Rusak Mangrove
“Harapannya ini menguatkan posisi Indonesia sebagai leading restorasi mangrove utamanya pembenihan mangrove,” pungkas Luhut.
Secara umum rehabilitasi mangrove di Indonesia telah berhasil meningkatkan ketahanan lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Ekosistem mangrove yang sehat akan menjalankan fungsinya sebagai pencegah abrasi, menahan badai, menyaring pencemaran, tempat hidup, dan pemijahan biota laut. Selain itu, hutan mangrove pun berfungsi sebagai penyerap karbon.
Sementara dari sini ekonomi, keberadaan hutan mangrove mampu mendongkrak pertumbuhan perekonomian masyarakat yang hidup di sekitar pesisir pantai.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya