Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia-Selandia Baru Kerja Sama Program Eksplorasi Panas Bumi

Kompas.com - 20/09/2024, 13:49 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Selandia Baru dan Indonesia berkolaborasi dalam meningkatkan kontribusi energi panas bumi, untuk memenuhi komitmen dalam perubahan iklim dan target energi terbarukan. 

Dukungan ini dilakukan melalui program pembangunan, Indonesia-Aotearoa New Zealand Geothermal Energy Programme/Kerjasama Panas Bumi Indonesia–Aotearoa New Zealand (PINZ).

PINZ adalah program berdurasi lima tahun, yang berfokus pada penyediaan pendampingan teknis dan pembangunan kapasitas lintas tiga bidang utama: kerangka regulasi, eksplorasi panas bumi, dan peningkatan keterampilan teknis dan kapasitas tenaga kerja.

Baca juga: Dukung Energi Baru Terbarukan, Garudafood Beralih ke Motor Listrik untuk Operasional

Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, Cecilia Shand mengatakan, para ahli panas bumi Selandia Baru berkomitmen untuk membina kemitraan business-to-business dengan pengembang Indonesia.

Kemitraan ini akan memberikan akses kepada perusahaan Indonesia terhadap keahlian Selandia Baru dalam praktik teknis, ilmu pengetahuan, dan teknologi canggih panas bumi, yang selanjutnya dapat mempercepat pengembangan proyek panas bumi di Indonesia. 

"Saat kedua negara menavigasi transisi energi mereka, kolaborasi antara Indonesia dan Selandia Baru menjadi sebuah model yang saling menguntungkan," kata Cecilia Shand, dalam pernyataannya, Jumat (20/9/2024). 

Baca juga: 7 Wilayah Ini Akan Integrasikan Pembangkit Panas Bumi Co-Generation

"Kami berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam mewujudkan ambisi panas buminya melalui berbagi pengetahuan, teknologi mutakhir, dan kemitraan bisnis yang kuat," imbuh dia. 

Kolaborasi internasional

Untuk mendorong industri panas bumi Indonesia, Selandia Baru juga memberikan beasiswa pascasarjana melalui Program Beasiswa Manaaki dan berbagai kesempatan pelatihan jangka pendek setiap tahunnya.

Baca juga: Pertamina Geothermal dan PLN IP Dorong Kapasitas Panas Bumi Lewat PLTP

Sebagai informasi, Indonesia dan Selandia Baru telah membangun kemitraan dalam sektor energi panas bumi selama lebih dari 40 tahun. Ini diawali dengan dukungan Selandia Baru dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama Indonesia di Kamojang, Jawa Barat.

"Kolaborasi jangka panjang ini terus berkembang, dengan Selandia Baru secara aktif mendukung ambisi panas bumi Indonesia sebagai bagian dari tujuan transisi energinya yang lebih luas," ujar Cecilia Shand.

Menurutnya, pengembangan energi panas bumi membutuhkan upaya kolaboratif internasional. Indonesia yang memiliki potensi panas bumi besar dapat bersinergi dengan Selandia Baru yang telah mengembangkan energi terbarukan mereka.

Di Selandia Baru, energi panas bumi telah menyediakan sekitar 18 persen dari total pasokan listrik negara pada 2023. Adapun sumber daya energi terbarukan berkontribusi 88,1 persen terhadap pasokan listrik seluruh negara.

Baca juga: Panas Bumi dan Air Berpotensi Jadi Sumber Energi Listrik Utama Nasional

Ia menilai, keberhasilan pada sektor ini bergantung pada kekuatan bersama dari pelaku industri lokal, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan kemitraan internasional yang proaktif.

"Kolaborasi jangka panjang Indonesia dan Selandia Baru tetap kuat, baik bisnis maupun pemerintah Selandia Baru sangat ingin melanjutkan dukungan mereka untuk masa depan panas bumi Indonesia," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Dilobi Sejumlah Pihak Termasuk RI, Uni Eropa Tunda Implementasi UU Anti-Deforestasi

Pemerintah
BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

BRIN: Teknologi Nuklir Dapat Deteksi Pemalsuan Pangan

Pemerintah
Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Dalam 6 Bulan, Sampah di Cekungan Bandung Bisa Jadi Bencana

Pemerintah
Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau