KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong teknologi co-generation untuk mengoptimalkan produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Co-generation memungkinkan panas buangan dari PLTP yang biasanya terbuang percuma untuk diubah menjadi energi listrik tambahan.
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM berencana mengintegrasikan teknologi co-generation dalam proyek PLTP dengan total kapasitas 230 megawatt (MW).
Baca juga: Panas Bumi dan Air Berpotensi Jadi Sumber Energi Listrik Utama Nasional
Proyek ini akan dilaksanakan melalui skema ker jasama kemitraan, di mana PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) akan membentuk joint venture.
Ada tujuh wilayah kerja panas bumi (WKP) yang telah diidentifikasi sebagai lokasi proyek PLTP yang diintegrasikan dengan teknologi co-generation.
Ketujuh WKP tersebut adalah Lahendong di Sulawesi Utara, Ulubelu di Lampung, Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais di Bengkulu, Kamojang di Jawa Barat, Sibayak di Sumatera Utara, dan Sungai Penuh di Jambi.
Direktur Jenderal EBTKE Eniya Listiani Dewi mengatakan, Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 24 gigawatt (GW) dan akan dimaksimalkan hingga 2060.
Baca juga: RI Lirik Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi Afrika
"Salah satu terobosan yang bisa dilakukan yaitu co-generation yang memanfaatkan uap yang tidak terpakai di model binary cycle," jelas Eniya dikutip dari siaran pers, Selasa (10/9/2024).
Binary cycle sendiri merupakan salah satu teknologi yang umum digunakan dalam PLTP.
Sistem ini memanfaatkan fluida kerja dengan titik didih yang lebih rendah dibandingkan air.
Fluida kerja ini dipanaskan oleh uap panas bumi, menguap, dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Baca juga: Indonesia Punya 362 Lokasi Potensi Panas Bumi, Tersebar dari Sumatera sampai Papua
Sementara itu, panas yang masih tersisa dalam fluida sekunder dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pemanasan ruangan atau proses industri.
Dengan demikian, co-generation pada PLTP binary cycle memungkinkan pemanfaatan energi panas bumi secara lebih efisien dan menghasilkan listrik serta panas secara simultan.
Untuk mewujudkan proyek ini, PGE dan PLN telah melakukan berbagai persiapan, seperti penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Joint Development Agreement (JDA).
Selain itu, proyek-proyek ini juga akan dimasukkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.
"Kami optimistis proyek ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan bauran energi dan perlu masuk sebagai daftar proyek RUPTL 2024-2033," jelas Eniya.
Baca juga: Pertamina Geothermal dan PLN IP Dorong Kapasitas Panas Bumi Lewat PLTP
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya