DENPASAR, KOMPAS.com - Djarum Foundation bersama puluhan mahasiswa dari berbagai universitas di Bali melakukan penanaman mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Pamogan, Denpasar Selatan, Bali pada Kamis (19/9/2024) siang.
Program Manager Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), Ira Ratnati mengatakan, penanaman mangrove di Tahura Ngurah Rai merupakan bagian dari acara Kopdarling (Kopi Sadar Lingkungan).
"Kami mengajak 40 mahasiswa dari 46 kampus di Bali dalam kegiatan penanaman mangrove ini. Misi kami adalah mendekatkan isu lingkungan kepada setiap orang," kata Ira saat ditemui di Tahura Ngurah Rai pada Kamis siang.
Baca juga: Ajak Pemuda Jaga Lingkungan, Djarum Foundation Hadirkan Web Series Kami Memohon
Dalam kegiatan penanaman, Djarum Foundation menargetkan 5.000 bibit mangrove bisa tertanam dan tumbuh di Tahura Ngurah Rai. Untuk penanaman dan perawatan mangrove, Djarum Foundation bekerjasama selama enam bulan dengan pihak Kelompok Usaha Bersama (KUB) Simbar Segara selaku mitra konservasi kawasan mangrove di Tahura Ngurah Rai.
"Jadi memang kami bekerjasama dengan KUB Simbar Segara untuk merawat sampai semoga nanti beneran bisa survive mangrove-nya. Karena kan surviving rate mangrove yang kita tanam itu cukup kecil sebenarnya, hanya 30 persen. Jadi memang harus ada yang jaga. Harus ada yang kalau mati ditambah lagi," ujar Ira.
"Mangrove itu mungkin enggak terlalu populer ya di Indonesia sebenarnya. Kenapa mangrove? Karena ya untuk pesisir ini kan sebenarnya kita sangat berharap sama adanya mangrove gitu untuk menahan abrasi. Apalagi kan sebenarnya Indonesia itu kan negara kepulauan, yang harusnya idealnya itu kan dijaganya sama mangrove gitu. Untuk gelombang besarnya gitu," tambah Ira.
Baca juga: Jalankan Program Pelestarian Lingkungan, Djarum Foundation Libatkan 10.500 Mahasiswa
Selain penanaman mangrove, acara juga diisi dengan diskusi bersama musisi band rock asal Bali, Navicula sekaligus aktivis lingkungan, I Gede Robi Supriyanto alias Robi (45) dan Ketua KUB Simbar Segara, I Ketut Darsana.
Robi mengatakan, mangrove di Bali merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang harus tersedia. Mangrove menurutnya, penting bagi pengendalian kualitas air, udara, dan ekosistem fauna.
"Kita tahu mangrove itu kan tempat pembinaan ikan kan. Buffer zone. Jadi sangat vital karena akan berpengaruh kepada populasi ikan di laut," tambah Robi.
Robi menambahkan, manusia akan merugi jika tak memelihara kawasan mangrove. Bencana-bencana tentu akan muncul jika lingkungan rusak.
Mangrove adalah tanaman dikotil yang hidup di air payau dan air laut. Tanaman ini merupakan hasil budidaya maupun yang diambil dari alam.
Meski bukan jenis tanaman yang dilindungi, tetap mangrove merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan masyarakat pesisir, hingga dimanfaatkan secara komersial.
Tanaman mangrove menjadi salah satu solusi yang sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan, terutama mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya habitat hewan.
Baca juga: Restorasi Mangrove Bukan Sekadar Menanam Lalu Ditinggal
Untuk lingkungan sekitar, tanaman bakau atau mangrove memiliki nutrisi yang baik. Keberadaan pohon mangrove tidak akan mengganggu keseimbangan dari ekosistem yang ada di tepi pantai.
Tanaman mangrove disukai berbagai ikan kecil dan kepiting. Banyak biota laut dan makhluk hidup yang bergantung pada hutan mangrove.
Selain itu, salah satu manfaat penting hutan bakau atau hutan mangrove adalah melindungi pantai dan kawasan pesisir dari abrasi. Terjangan ombak laut ke wilayah daratan, berpotensi menyebabkan abrasi.
Seperti dikutip dari National Ocean Service NOAA, akar bakau yang saling menyimpul dan kusut ini memungkinkan pohon untuk dapat kokoh menahan pasang surut air laut setiap harinya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya