KOMPAS.com - Forum diskusi bertaraf nasional Kumpul Executive Lab Forum 2024 digelar di Jakarta Pusat dengan misi memperkuat akses pasar dan inklusi keuangan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Mengusung tema "Collaboration for Empowering Innovation & Global Reach," forum ini mempertemukan berbagai pihak untuk membahas solusi atas tiga isu penting, yakni keterbatasan akses pasar bagi UMKM, tantangan inklusi keuangan, dan kesetaraan gender dalam dunia wirausaha.
Dengan format diskusi, acara menghadirkan peserta dari kalangan eksekutif kementerian, perusahaan swasta, dan organisasi nirlaba yang terlibat langsung dalam pemberdayaan UMKM dan pengembangan ekonomi.
Para tokoh yang ahdir di anatranya Direktur Standarisasi dan Sertifikasi Usaha Kemenparekraf Hanifah Makarim, , Chief Human Resources & Marketing FWD Insurance Rudy Franto Manik, Synergy & Innovation BNI Ventures Fuddy Heruzady, dan Senior Specialist of Economic Empowerment Amman Mineral Lalu Nofa Setiawan Putra.
Baca juga: Tantangan UMKM dalam Melakukan Ekspansi dan Cara Mengatasinya
“Ada sejumlah tantangan dalam dunia wirausaha, seperti risiko kebangkrutan yang lebih tinggi pada usaha milik perempuan meskipun populasi gender seimbang. Selain isu kesetaraan, pengembangan wirausaha juga terkendala oleh minimnya anggaran R&D yang hanya 0,28 persen dari PDB, menghambat inovasi berbasis teknologi. Tantangan logistik dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, turut menjadi kendala bagi UMKM,” ujar Ketua Kumpul, Faye Wongso dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (13/11/2024).
Associate Director Kumpul Impact Sarita Anggun Kinanti, mempresentasikan beberapa temuan dari forum tersebut.
Hal yang disoroti adalah UMKM saat ini perlu bertransformasi dari sekadar produsen yang mengelola seluruh proses produksi, menjadi bagian spesifik dalam rantai pasok yang lebih luas.
Hal itu akan memungkinkan UMKM untuk fokus pada peningkatan kualitas produk serta efisiensi, sehingga mampu bersaing secara berkelanjutan.
“Peran strategis dari startup dapat menjadi solusi untuk menjembatani UMKM dengan konsumen. Startup berfungsi sebagai penghubung yang menjaga standar kualitas produk UMKM dan memastikan bahwa mereka dapat memenuhi permintaan pasar dengan baik,” lanjutnya.
Hanifah dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa pendekatan ekonomi Blue, Green, dan Circular Economy (BGCE) dapat menjadi solusi bagi akses pasar di Indonesia.
“Blue economy mendukung ekonomi dan konservasi maritim, green economy menekankan keberlanjutan ekonomi dan sosial, sementara circular economy mempromosikan siklus produksi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia. Implementasi BGCE memerlukan komitmen investasi, sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, dan kebijakan yang kondusif,” paparnya.
Baca juga: Pengertian Blue Economy, Konsep, dan Contohnya di Indonesia
Masalah pembiayaan juga menjadi hambatan besar bagi UMKM. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah seharusnya membantu, tetapi proses yang rumit membuat akses sulit.
Salman Alibhai dari Bank Dunia mengusulkan skema “Graduasi KUR,” di mana UMKM yang sukses melunasi pinjaman pertama mendapat akses ke KUR komersial dengan syarat yang lebih fleksibel. Skema ini mendorong disiplin finansial dan membuka akses bagi UMKM yang tidak memenuhi syarat KUR konvensional.
Kesenjangan gender dalam kewirausahaan menjadi fokus utama lain dalam forum tersebut. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa meskipun perempuan Indonesia menyumbang sekitar 52 persen dari peserta aktif dalam perekonomian, hanya sebagian kecil yang mampu berkembang hingga skala usaha kecil dan menengah.
Diskusi forum tersebut mendorong berbagai inisiatif untuk mendukung partisipasi perempuan, termasuk kemitraan antara Kumpul dan Bank Dunia sebagai knowledge partner untuk mengawasi perkembangan dan mendukung kebijakan yang berpihak pada pengusaha perempuan.
Baca juga: Pemerintahan Baru Punya Pekerjaan Rumah untuk Tingkatkan Inklusi Keuangan
“Untuk memperkuat akses keuangan bagi UMKM, perlu kolaborasi dengan sektor swasta dan kebijakan jaminan kredit dari OJK. Langkah ini diyakini dapat memperluas akses kredit formal bagi pelaku usaha perempuan yang selama ini terhambat oleh persyaratan ketat dari lembaga keuangan,” ujar Managing Director Kumpul Mega Prawita.
Faye menambahkan bahwa Kumpul berkomitmen mendukung program-program inklusi keuangan, kesetaraan gender, dan digitalisasi UMKM di Indonesia.
“Melalui berbagai inisiatif yang sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), Kumpul berharap dapat memperkuat peran UMKM sebagai bagian dari ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya