KOMPAS.com - Indonesia masih dibayangi rendahnya efisiensi investasi. Hal tersebut tercermin dari skor Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang diperoleh Indonesia.
Dilansir dari Antara, Selasa (13/1/2025), Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan skor ICOR Indonesia berada di kisaran 6 persen.
Itu artinya, untuk menghasilkan output 1 maka Indonesia membutuhkan sekitar 6 kali investasi.
Baca juga: Perdagangan Karbon Berpeluang Dongkrak Investasi Teknologi Hijau
Misalnya, dibutuhkan investasi sekitar Rp 6 miliar untuk menghasilkan output sebesar Rp 1 miliar.
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu mengatakan, Indonesia juga menghadapi rendahnya efek berganda fiskal.
Kondisi tersebut mencerminkan bahwa investasi yang dikeluarkan pemerintah tidak menghasilkan dampak sebagaimana seharusnya.
"Kemudahan berbisnis di Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN (Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara)," kata Mari dalam SDGs Lecture yang digelar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan diikuti secara daring, Jumat (17/1/2025).
Baca juga: Indonesia Baru Mulai Hilirisasi, Butuh Investasi Besar untuk Pendanaan
Mari menuturkan, hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor mulai dari biaya logistik, kebijakan perdagangan, hingga terbatasnya kemampuan sumber daya manusia (SDM).
Dia menambahkan, Indonesia harus segera meningkatkan iklim investasi, kemudahan berbisnis, dan daya saing industri.
Selain itu, kemampuan SDM juga perlu ditingkatkan, sejalan dengan peningkatan kualitas pekerja.
Berbagai upaya tersebut perlu dilakukan agar investasi yang dikeluarkan menyerap banyak tenaga kerja dan menjamin keberlanjutan ekonomi dalam jangka panjang.
Baca juga: Memahami Investasi Berdampak, yang Tak Sekadar Cari Keuntungan Finansial
Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi lebih kompetitif di dunia internasional.
"Untuk bisa kompetitif saat ini bukan sekadar memproduksi barang semurah mungkin, tapi juga harus menjadi bagian dalam rantai pasokan berkelanjutan," tutur Mari.
Jika tidak bisa kompetitif, kata Mari, akan kesulitan menjual barang baik ke pasar internasional ataupun domestik.
Pasalnya, pasar sekarang menuntut lebih banyak produk yang lebih hijau.
Baca juga: Kawasan Ekonomi Khusus Kura Kura Bali Capai 75 Persen Target Investasi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya