JAKARTA, KOMPAS.com - Tren investasi berdampak di Indonesia terus berkembang, sejalan dengan arus global yang menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Dengan memprioritaskan manfaat sosial dan lingkungan jangka panjang, investasi berdampak menarik investor yang mencari lebih dari sekadar keuntungan finansial.
Pegiat dan investor berdampak Indonesia Fikri Syaryad dalam penjelasan resminya menyatakan bahwa investasi berdampak menawarkan pendekatan unik yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial tetapi juga memberikan solusi konkret terhadap isu-isu kritis di sektor sosial dan lingkungan.
Baca juga:
“Investasi ini mencakup sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian, kehutanan, perikanan, dan pengelolaan limbah. Tujuannya bukan hanya investment return, tetapi juga social dan environmental return yang terukur. Berbeda dari donasi, investasi berdampak tetap menggunakan prinsip pasar dan keuangan untuk menjaga keberlanjutan usaha,” papar Fikri," dalam penjelasannya, Jumat (10/1/2025).
Investasi berdampak ini semakin menemukan relevansinya saat melihat Indonesia menghadapi kondisi yang pelik terkait persoalan lingkungan, mulai dari deforestasi hingga pengelolaan sumber daya alam yang kurang optimal.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mencatat bahwa Indonesia kehilangan hingga 26 juta ton ikan setiap tahun akibat praktik penangkapan ilegal.
Selain itu, data menunjukkan bahwa dalam satu tahun, deforestasi di Indonesia mencapai lebih dari 1.000 km²—hampir setara dengan dua kali luas Kota Jakarta.
Environmental Performance Index (EPI) 2024 menempatkan Indonesia di peringkat ke-162 dari 180 negara, dengan skor hanya 33,8 dari 100. Di Asia Tenggara, kita tertinggal dari negara-negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Dalam menghadapi tantangan ini, investasi berdampak bisa menjadi jawaban atas berbagai persoalan tersebut.
Sementara itu Gita Syahrani, Sustainability and Collective Impact Convener dari Ekonomi Membumi menyebutkan bahwa investasi berdampak mampu memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekaligus membantu menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Baca juga:
“Hingga saat ini, ekosistem investasi berdampak di Indonesia melibatkan 66 investor, baik yang aktif maupun potensial. Dengan dukungan investor, pelaku UMKM dapat mengakses sumber daya untuk berinovasi, sehingga mempercepat dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” jelas Gita Syahrani.
Sumber pendanaan untuk UMKM yang memiliki visi berkelanjutan adalah tantangan terbesar, dan ketiadaannya menjadi penghambat utama pelaku bisnis ini.
Enggannya para investor melirik ke investasi berdampak, karena kurang terdengarnya reputasi baik dalam hal memberikan keuntungan finansial.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya