TANGERANG, KOMPAS.com - PT Peduli Alam Nusantara (Plana), perusahaan startup yang bergerak di bidang pengolahan dan daur ulang, mengubah sampah plastik serta sekam menjadi material pengganti kayu bernama Plana Wood.
Co-Founder dan Chief of Sustainability & Relation Officer Plana, Joshua Christopher Chandra, menjelaskan ide awal bisnisnya ialah untuk mengurangi timbulan sampah plastik maupun penebangan pohon.
"Kami mau melihat bagaimana kami bisa me-recycle plastik yang unsurnya tidak terurai bisa jadi kekuatan, salah satu contohnya adalah di bahan bangunan. Jadi kami buat konstruksi material yang bisa dipakai lama dan bukan single use," ujar Joshua dalam acara site visit yang digelar Bank DBS Indonesia di Tangerang, Banten, Rabu (5/2/2025).
Baca juga: Tergabung di GPAP, 25 Negara Bersatu Lawan Polusi Plastik
Joshua menyebut, Plana Wood menggunakan komposisi 30 persen sampah plastik, 60 persen sekam, dan 10 persen aditif. Satu Plana Wood decking setara dengan 2,4 kilogram (kg) sampah plastik serta 4,8 kg sekam padi.
Menurut dia, plastik cacah dibeli dari pemulung ataupun pengepul di sekitar Tangerang, dengan harga Rp 15.000 per kg.
Sedangkan sekam didapatkan dari petani di beberapa wilayah, termasuk Desa Babakan Lama, Banten seharga Rp 1.000 per kg. Dalam satu kali produksi, perusahaan ini bisa menghasilkan 2.000 meter Plana Wood.
"Anggap satu karung itu misalnya 50 kg, kami kasih Rp 50.000 ke mereka, delivery pun kami yang tanggung. Jadi mereka sudah dapat (penghasilan) bersih, dibandingkan (sekam) mereka bakar," jelas dia.
Kini, Plana telah menjual produknya ke pasar dalam negeri dengan bantuan dana hibah dari DBS Foundation. Perusahaan tersebut juga menggunakan mesin untuk menekan emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan.
Material pengganti kayu dijual secara online di marketplace untuk pelanggan ritel hingga ke kemitraan strategis ke pemerintah (B2G) dan perusahaan (B2B).
Baca juga: Industri Pakaian Sumber Polusi Plastik yang Terabaikan
"Untuk market ekspor, kami sudah punya di Singapura dan sekarang sudah PT di Korea yang sedang pengetesan. Pengetesan ini yang jadi bottleneck-nya, contohnya winter. Bagaimana kalau kondisinya dingin banget," tutur Joshua.
Selain itu, Plana juga berencana mamasukkan produknya ke katalog daring Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (e-Katalog LKPP) pada akhir Februari 2025. Pihaknya pun menargetkan penjualan hingga Rp 6 miliar di tahun 2024.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya