Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Restorasi Lahan Mangrove dan Gambut Dinilai Jadi Solusi Iklim yang Minim “Budget”

Kompas.com - 05/02/2025, 20:31 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gambut dan mangrove dinilai menjadi solusi iklim yang minim budget atau biaya untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) di Asia Tenggara.

Senior Manager Karbon Kehutanan dan Iklim Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Nisa Novita, mengatakan hal itu dapat dilakukan dengan merestorasi lahan basah yang terdegradasi.

“Hal ini khususnya berlaku untuk Indonesia, di mana potensi mitigasi dari konservasi dan pemulihan lahan basah saja dapat melampaui target pengurangan emisi negara tersebut untuk 2030 dalam skenario mitigasi tanpa syarat,” ungkap Nisa dalam keterangan tertulis, Rabu (5/2/2025).

Baca juga: Peluang Dagang Karbon Rp 184 Triliun dari Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove

YKAN sendiri telah meneliti lahan gambut di Muara Siran, Kalimantan Timur. Hasilnya, lahan gambut alami menghasilkan emisi metana dengan emisi karbon dioksida (CO2) yang rendah.

Sementara itu, berdasarkan studi yang diterbitkan di Nature, konservasi maupun restorasi ekosistem gambut dan mangrove menjadi kunci untuk menekan emisi CO2 di Asia Tenggara.

Peneliti Centre for Tropical Water and Aquatic Ecosystem Research (TropWATER) James Cook University, Sigit Sasmito, menjelaskan bahwa tanaman tersebut bisa memangkas 770 megaton CO2 ekuivalen (MtCO2e) per tahun.

“Angka ini setara dengan hampir dua kali lipat emisi gas rumah kaca nasional Malaysia pada tahun 2023. Meskipun kedua ekosistem ini hanya menempati 5,4 persen dari luas daratan Asia Tenggara,” kata Sigit.

Dia menuturkan, temuan tersebut berdasarkan penelitian terkait perubahan penggunaan lahan pada 2001-2022 yang berkontribusi terhadap emisi GRK.

Studi menunjukkan, lahan gambut dan mangrove dapat menjadi cara alami untuk membantu negara-negara mencapai target nol karbon.

Baca juga: Peluang Dagang Karbon Rp 184 Triliun dari Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove

Tim peneliti berpandangan, Indonesia memiliki potensi mitigasi perubahan iklim terbesar melalui konservasi dan restorasi dengan total 3,4 juta hektare hutan mangrove serta 13,4 juta hektare lahan gambut.

“Namun ketika lahan gambut dan mangrove terganggu, biasanya karena alih fungsi lahan, mereka akan melepas karbon dalam jumlah besar ke atmosfer,” ujar Sigit.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau