JAKARTA, KOMPAS.com - PT Peduli Alam Nusantara (Plana) menggunakan mesin khusus, untuk memangkas emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari produksi material pengganti kayu di pabriknya.
Co-Founder dan Chief of Sustainability & Relation Officer Plana, Joshua Christopher Chandra, menyampaikan mesin tersebut dapat menekan 30 persen emisi CO2 untuk mengubah sampah plastik dan sekam menjadi produk Plana Wood.
"Plana ini dulunya sangat terbatas di R&D (research and development), CO gasnya tinggi, dan kami enggak begitu bisa bersaing karena masih menyewa mesin dari orang lain," kata Joshua dalam acara site visit yang digelar Bank DBS Indonesia di Tangerang, Banten, Rabu (5/2/2025).
Baca juga:
Karena itu, startup ini mencoba peluang baru dengan mendaftar untuk mendapatkan dana hibah dari DBS Foundation Grant Award 2023. Hasilnya, Plana mampu memproduksi material pengganti kayu yang lebih berkelanjutan.
"Kami sudah bisa mengefisiensi produksi kami dengan menurunkan CO gas sebesar 30 persen," imbuh dia.
Adapun ide awal bisnis tersebut ialah mengurangi timbulan sampah plastik maupun penebangan pohon. Plana membeli cacahan sampah plastik dari pemulung, dan sekam padi dari petani sekitar pabrik.
"Plana Wood adalah sebuah inovasi dari kami, di mana kami menggunakan 60 persen sekam padi, 30 persen sampah plastik, dan juga ada 10 persen aditif. Aditif ini yang berguna untuk meningkatkan value, kami buat sebagai komposit baru," ungkap Joshua.
Satu Plana Wood decking setara dengan 2,4 kilogram sampah plastik serta 4,8 kilogram sekam padi. Sementara, dalam satu kali produksi Plana bisa menghasilkan 2.000 meter material untuk dinding maupun lantai.
Plana juga menargetkan penjualan Rp 6 miliar pada 2024, dan Rp 8 miliar pada 2025. Oleh karenanya, perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi.
Sementara itu, VP of Impact Beyond Banking PT Bank DBS Indonesia Riany Agustina, menjelaskan bahwa DBS Foundation Grant membuka kesempatan bagi wirausaha sosial atau social enterprise serta usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mendapatkan dana hibah hngga 250.000 dolar Singapura sejak 2015.
Baca juga:
DBS Foundation lalu memanfaatkan keahlian, sumber daya, dan jaringan Bank DBS dalam membantu para penerima dana hibah melalui pengembangan kapasitas, mentoring, solusi perbankan preferensial, maupun dukungan lainnya.
"Semua bisnis sosial dari Singapura, Taiwan, India, Indonesia akan di-review oleh panelis dan mana yang terbaik menjadi pemenangnya. Contohnya Plana, mereka sudah masuk level cross Asia, kami menilai mana yang terbaik untuk bisa mendapatkan grant," ujar Riani.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya