JAKARTA, KOMPAS.com - Hadirnya Daya Anagata Nusantara (Danantara) disebut dapat mempercepat transisi energi di Indonesia.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan investasi Danantara mencapai 20 miliar dollar AS atau sekitar Rp 326 triliun untuk 20 sektor prioritas, dan salah satunya sektor energi baru terbarukan (EBT).
“Saya melihat memang Danantara kalau dikelola dengan tepat bisa mendukung investasi energi terbarukan untuk mendukung transisi energi,” ujar Fabby saat dihubungi, Selasa (25/2/2025).
Baca juga: Danantara: Pengelolaan dan Harapan-harapan di Baliknya
Fabby menilai, proyek yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini dapat mendorong pensiun dini PLTU batu bara PT PLN (Persero).
Dia menjelaskan, aset PLTU milik PLN mencapai 9 gigawatt hingga 2030. Hal ini berimbas pada tingginya emisi dan pembiayaan yang mahal.
“Faktanya bahwa karena intensitas emisi kelistrikannya PLN relatif tinggi dibandingkan negara ASEAN, banyak investor itu memilih untuk tidak berinvestasi di Indonesia,” ungkap Fabby.
Oleh sebab itu, Fabby berpandangan penting bagi pemerintah memensiunkan dini PLTU.
“Caranya adalah dengan Danantara membayar kepada PLN untuk menghentikan operasi PLTU-nya,” imbuh dia.
Untuk pendanaan, jelas Fabby, Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara bisa mengadopsi skema yang dilakukan Filipina.
Perusahaan Filipina memensiunkan PLTU 15 tahun lebih awal, lalu dijual untuk mendapatkan transition credit atau kredit transisi.
“Saya melihat Danantara punya kesempatan lewat pengelolaan, financial engineering, skema seperti energy transition mechanism, itu bisa dipakai oleh untuk memperkuat investasi ke energi terbarukan,” papar Fabby.
Baca juga: Danantara Diresmikan Presiden Prabowo, Berikut Beberapa Hal yang Perlu Anda Ketahui
Di samping itu, pembiayaan tersebut mempercepat transformasi PLN menjadi perusahaan net zero emission. Kemudian, menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), serta menjadi daya tarik investasi.
“Danantara bisa menciptakan dampak langsung pada dekarbonisasi, dan dampak tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, kalau didesain dengan baik,” ucap dia.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo menegaskan dana yang dikelola Danantara akan difokuskan pada proyek-proyek strategis di sektor energi terbarukan, pengembangan industri manufaktur, hilirisasi sumber daya alam, serta ketahanan pangan.
Targetnya, investasi ini dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional hingga mencapai 8 persen per tahun.
“Semua proyek ini akan berkontribusi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi kami sebesar 8 persen. Pada saat yang sama, kami tetap teguh pada komitmen kami untuk memberantas korupsi," kata Prabowo.
Pemerintah pun berharap pembentukan Danantara dapat menciptakan ekosistem investasi yang lebih terstruktur dan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan.
Baca juga: Pemerintah Komitmen Tekan Emisi meski Target EBT Tak Tercapai Tahun Ini
Pemerintah menargetkan total aset yang akan dikelola mencapai lebih dari 900 miliar dolar AS (sekitar Rp 14.000 triliun). Pada tahap awal, investasi awal Danantara mencapai 20 miliar dolar AS.
Dana ini bersumber dari efisiensi anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Jumlah itu ditargetkan meningkat mencapai 982 miliar dolar AS sehingga menjadikan Danantara menjadi sovereign wealth fund (SWF) terbesar nomor empat di dunia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya