Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Mulut Trump-Zelensky, Bagaimana Kaitannya dengan Deal Mineral AS-Ukraina?

Kompas.com - 01/03/2025, 19:56 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

China telah lama menguasai produksi dan pemurnian mineral yang diperlukan untuk transisi energi hijau. 

Sebelum konflik Ukraina, China sudah menunjukkan minat terhadap sumber daya negara ini. Kini, Washington berusaha mengamankan akses sebelum Beijing atau Eropa melangkah lebih jauh.

Ukraina sendiri punya kepentingan. Selain ekonomi, tentu saja, juga ada kepentingan keamanan. Apalagi, sekarang Ukraina tengah konflik dengan Rusia.

Oleh karena itu, munculah keinginan membuat kesepakatan antara AS dan Ukraina. 

Diterangkan oleh Gracelin Baskaran dan Meredith Schwartz darii Critcal Minerals Security Program, Center for Srategic and International Studies (CSIS) pada Kamis (27/2/2025), dalam proposal awal, Ukraina diminta menggunakan sumber daya mineralnya untuk membayar kembali Amerika Serikat sebesar 500 miliar dollar AS atas bantuan militer yang telah diberikan sebelumnya.

Namun, kerangka perjanjian yang akhirnya disepakati tidak menetapkan hak bagi AS atas pendapatan senilai 500 miliar dollar AS dari mineral Ukraina, juga tidak mencakup jaminan keamanan bagi negara tersebut. Sebaliknya, perjanjian ini berupa dana rekonstruksi investasi dengan kepemilikan bersama antara AS dan Ukraina.

Ukraina akan menyumbangkan 50 persen dari seluruh pendapatan yang diperoleh dari monetisasi aset sumber daya alam milik pemerintah ke dalam dana tersebut. 

Aset ini mencakup cadangan mineral, minyak, gas alam, serta infrastruktur terkait lainnya. 

Namun, sumber daya yang sudah menjadi pendapatan utama Ukraina — seperti operasi Naftogaz dan Ukrnafta, dua perusahaan minyak dan gas terbesar di Ukraina — tidak termasuk dalam perjanjian ini.

Artinya, profitabilitas dana ini sepenuhnya bergantung pada keberhasilan investasi baru dalam eksploitasi sumber daya alam Ukraina.

Konsekuensi Politik, Ekonomi, dan Keberlanjutan

Bagi Ukraina, kesepakatan ini dapat mendatangkan investasi dan pemetaan sumber daya yang lebih baik. 

Namun, risiko bagi negara ini adalah kehilangan kontrol atas kekayaan alamnya, terutama jika kesepakatan tidak dirancang untuk memberi manfaat jangka panjang bagi rakyatnya.

Bagi AS, perjanjian ini menunjukkan pendekatan strategis dalam mengamankan pasokan mineral untuk energi hijau, tetapi juga berisiko dianggap sebagai eksploitasi sumber daya negara lain. 

Lalu, bagaimana nasib perjanjian setelah Trump dan Zelensky perang mulut?

Trump, seperti diwartakan Reuters, Sabtu, menyatakan bahwa dirinya saat ini tak tertarik membahas perjanjian ini lagi.

Sementara, pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa delegasi Zelensky mulai memohon untuk penandatanganan persetujuan segera.

Di negaranya, Zelensky dipuji karena punya keteguhan sikap. Pimpinan negara Eropa, Kanada, dan Australia juga menyatakan dukungan pada ukraina. 

Baca juga: Peran AS dalam Transisi Energi Dunia Tak Signifikan, RI Jangan Gamang

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Perang Mulut Trump-Zelensky, Bagaimana Kaitannya dengan Deal Mineral AS-Ukraina?

Perang Mulut Trump-Zelensky, Bagaimana Kaitannya dengan Deal Mineral AS-Ukraina?

Pemerintah
Green Mosque, Masjid sebagai Rumah Ibadah dan Aksi Iklim

Green Mosque, Masjid sebagai Rumah Ibadah dan Aksi Iklim

Pemerintah
Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?

Puasa 2025, Mulai Puasa Makan Nasi, Maukah Anda Mencobanya?

LSM/Figur
Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Jadi Keharusan di Jakarta

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga Jadi Keharusan di Jakarta

Swasta
Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon saat Berkendara?

Bagaimana Cara Mengurangi Jejak Karbon saat Berkendara?

LSM/Figur
Peran AS dalam Transisi Energi Dunia Tak Signifikan, RI Jangan Gamang

Peran AS dalam Transisi Energi Dunia Tak Signifikan, RI Jangan Gamang

LSM/Figur
Solusi Limbah Tekstil, Peneliti Daur Ulang Pakaian Bekas Jadi Kertas

Solusi Limbah Tekstil, Peneliti Daur Ulang Pakaian Bekas Jadi Kertas

Swasta
Sambut Ramadhan Lebih Ramah Lingkungan, Ini 7 Tip Kurangi Sampah Sisa Makanan

Sambut Ramadhan Lebih Ramah Lingkungan, Ini 7 Tip Kurangi Sampah Sisa Makanan

LSM/Figur
Negaranya Terancam Tenggelam, Pemerintah Nauru Jual Kewarganegaraan ke Orang Asing

Negaranya Terancam Tenggelam, Pemerintah Nauru Jual Kewarganegaraan ke Orang Asing

Pemerintah
Sempat Jadi Tarik Ulur, Skema Power Wheeling Bakal Dihapus dalam RUU EBET

Sempat Jadi Tarik Ulur, Skema Power Wheeling Bakal Dihapus dalam RUU EBET

Pemerintah
Pemerintah Jelaskan Konsep 'Pulau Sampah', Mirip Strategi Singapura

Pemerintah Jelaskan Konsep "Pulau Sampah", Mirip Strategi Singapura

Pemerintah
Jepang Luncurkan Oli Mesin untuk Balap Berbasis Tanaman Pertama di Dunia

Jepang Luncurkan Oli Mesin untuk Balap Berbasis Tanaman Pertama di Dunia

Pemerintah
Agar Lamun Terjaga, Ekowisata Perlu Analisis Daya Dukung Lingkungan

Agar Lamun Terjaga, Ekowisata Perlu Analisis Daya Dukung Lingkungan

Pemerintah
Geramnya Warga di Jatimulya Depok ketika Perumahan Baru Sebabkan Banjir

Geramnya Warga di Jatimulya Depok ketika Perumahan Baru Sebabkan Banjir

Pemerintah
SATU Indonesia Awards 2025 Dibuka, Daftar dan Jadi Anak Muda Berdampak

SATU Indonesia Awards 2025 Dibuka, Daftar dan Jadi Anak Muda Berdampak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau