KOMPAS.com - Pakaian bekas hingga saat ini menjadi salah satu permasalahan limbah tekstil yang belum terpecahkan.
Alih-alih mendaur ulang, orang-orang lebih sering membuangnya hingga akhirnya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Beberapa juga malah memilih membakarnya.
Namun, kini tim yang dipimpin oleh Thomas Harter dari Institute of Bioproducts and Paper Technology (BPTI) di Austria menemukan solusi berkelanjutan untuk masalah itu.
Peneliti telah mengembangkan proses untuk memulihkan serat dari tekstil bekas berbahan dasar kapas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi kertas bahan kemasan.
Menariknya, seperti dikutip dari Techxplore, Sabtu (1/3/2025), kertas daur ulang yang mengandung serat tekstil ini terbukti jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan kertas daur ulang konvensional.
Baca juga: Minuman dalam Kemasan Plastik Kecil Paling Berbahaya bagi Lingkungan
"Konversi serat tekstil menjadi kertas merupakan penurunan mutu. Namun dari sudut pandang lingkungan, hal ini memiliki keuntungan besar karena dapat digunakan untuk waktu yang lama," kata Harter.
Tekstil daur ulang ini pun juga dapat menjadi sumber bahan baku penting produksi kertas kemasan dan membantu mengurangi jumlah impor kertas.
Untuk membuat kertas dari pakaian lama, pakaian tersebut pertama-tama dipotong menjadi potongan-potongan kecil dan direndam dalam larutan air.
Campuran air dan potongan ini digiling untuk memisahkan serat kapas yang terjalin tanpa simpul atau gumpalan.
Peneliti juga menentukan beating machine yang paling sesuai. Itu adalah waktu pemrosesan serta rasio air terhadap tekstil yang optimal untuk mengekstraksi jumlah serat yang dapat digunakan secara maksimal.
"Di akhir pengujian, kami memperoleh suspensi yang sangat mirip dengan suspensi pembuatan kertas biasa dan dapat kami proses menjadi kertas menggunakan metode yang sudah mapan," kata Harter.
Secara visual, kertas dengan kandungan tekstil hampir tidak berbeda dari kertas daur ulang biasa. Warnanya agak kecokelatan dengan bintik-bintik berwarna yang berasal dari pakaian bercorak.
Baca juga: Studi: Sampah Jadi Isu Lingkungan Paling Penting bagi Anak Muda
Uji tarik juga telah menunjukkan bahwa penambahan serat tekstil meningkatkan kekuatan kertas daur ulang.
"Bahkan dengan proporsi berbasis tekstil sebesar 30 persen, kertas tersebut jauh lebih kuat, sementara kemampuan prosesnya tetap sama," kata Alexander Weissensteiner, mahasiswa magister yang turut bergabung dalam studi ini.
Hal ini disebabkan oleh panjang seratnya. Panjang serat kertas bekas daur ulang cukup pendek. Sementara serat tekstil daur ulang jauh lebih panjang yakni 1,7 milimeter.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya