Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Kompas.com - 13/03/2025, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jakarta di Indonesia dan Hangzhou di China menjadi kota yang mengalami dampak paling parah dari perubahan cuaca ekstrem.

Fenomena dampak dari perubahan cuaca ekstrem tersebut disebut sebagai climate whiplash.

Kondisi ini berupa cepatnya peralihan dari kebanjiran dan kekeringan, atau sebaliknya, yang disebabkan gangguan siklus air karena perubahan iklim.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Jadi Tantangan Besar terhadap Perekonomian Global

Temuan tersebut mengemuka dalam studi yang dilakukan WaterAid, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (12/3/2025).

Studi tersebut mengamati data cuaca selama 42 tahun yang diambil dari lebih dari 100 kota terpadat di dunia.

Di Hangzhou contohnya, ada lebih dari 60 hari suhu tinggi ekstrem sepanjang 2024. Setelah suhu panas berakhir, kota tersebut gantian dilanda banjir parah yang memaksa puluhan ribu orang mengungsi.

Selain kedua kota tersebut, fenomena climate whiplash juga dialami sejumlah kota yang disurvei oleh lembaga tersebut.

Baca juga: Panas Ekstrem Akibat Perubahan Iklim Percepat Penuaan

Sebanyak 15 persen kota yang disurvei WaterAid juga menghadapi situasi yang sama contohnya kota Dallas di Amerika Serikat (AS), Shanghai di China, dan Baghdad di Irak.

Salah satu penulis studi tersebut, Michael Singer dari Water Research Institute di Universitas Cardiff, menuturkan setiap tempat dapat memiliki respons yang berbeda terhadap kenaikan suhu Bumi.

"Tidak peduli siapa Anda, apakah Anda kaya atau miskin atau Anda memiliki infrastruktur yang bagus atau tidak," kata Singer sebagaimana dilansir Reuters.

Di sisi lain, 25 persen kota terpadat di dunia juga mengalami dampak ekstrem dari perubahan iklim.

Baca juga: Retret di Magelang, Kepala Daerah Diminta Selesaikan Masalah Kemiskian Ekstrem

Contohnya ibu kota Sri Lanka yakni Kolombo dan pusat keuangan India di Mumbai berubah menjadi jauh lebih basah .Sementara itu, Kairo di Mesir dan Hong Kong terus menjadi lebih kering.

Asia Selatan dan Asia Tenggara menghadapi tren basah terkua. Sementara Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara menjadi semakin kering.

Di sisi lain, banyak kota yang membangun infrastruktur baik untuk memaksimalkan persediaan air yang langka atau mengurangi kerusakan akibat banjir.

Singer memperingatkan kota-kota tersebut kini menghadapi situasi yang semakin parah dan perlu berinvestasi untuk beradaptasi.

Baca juga: Cuaca Ekstrem 2025 Bisa Picu Gejolak Harga Pangan, Kopi Salah Satunya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Penyegelan 9 Kawasan Properti dan Wisata di Bogor Jadi Langkah Awal Cegah Bencana

Penyegelan 9 Kawasan Properti dan Wisata di Bogor Jadi Langkah Awal Cegah Bencana

Pemerintah
Ukur Emisi, Google Beri Data Jejak Karbon pada Pengiklan

Ukur Emisi, Google Beri Data Jejak Karbon pada Pengiklan

Swasta
Indonesia Peringkat Pertama Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara

Indonesia Peringkat Pertama Negara Paling Berpolusi di Asia Tenggara

LSM/Figur
Modifikasi Cuaca Jakarta Berlangsung 10 Hari, 5,6 Ton Garam Telah Disebar

Modifikasi Cuaca Jakarta Berlangsung 10 Hari, 5,6 Ton Garam Telah Disebar

Pemerintah
Presiden COP30 Desak Pemimpin Negara Percepat Aliran Dana Iklim

Presiden COP30 Desak Pemimpin Negara Percepat Aliran Dana Iklim

LSM/Figur
PwC Sarankan 7 Langkah untuk Maksimalkan Potensi Pasar Karbon Indonesia

PwC Sarankan 7 Langkah untuk Maksimalkan Potensi Pasar Karbon Indonesia

Pemerintah
Indonesia Masuk 15 Besar Negara Paling Berpolusi, Menteri LH: Kami Sedang Tangani

Indonesia Masuk 15 Besar Negara Paling Berpolusi, Menteri LH: Kami Sedang Tangani

Pemerintah
Normalisasi Sungai Ciliwung Ditarget Rampung Tahun Depan

Normalisasi Sungai Ciliwung Ditarget Rampung Tahun Depan

Pemerintah
Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan Segera Diresmikan

Perdagangan Karbon Sektor Kehutanan Segera Diresmikan

Pemerintah
Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Pemerintah
Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Swasta
Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Pemerintah
RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

Pemerintah
Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Pemerintah
Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau