Salah satu strategi yang disarankan adalah pusat donor darah yang fleksibel dan mobile.
Ini bisa membantu menjangkau pendonor di berbagai area, terutama saat terjadi bencana alam atau gangguan transportasi.
Strategi lain adalah cell salvage yang merupakan bentuk autotransfusion.
Cell salvage adalah proses mengumpulkan dan memproses darah pasien yang hilang selama operasi atau cedera, untuk kemudian ditransfusikan kembali kepada pasien yang sama.
Autotransfusion sendiri berarti transfusi darah menggunakan darah pasien sendiri. Strategi ini dapat mengurangi ketergantungan pada donor darah alogenik (dari orang lain).
Strategi terakhir yang disebutkan adalah kerja sama antar negara. Ini bisa melibatkan berbagi sumber daya darah, informasi, dan praktik terbaik dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap pasokan darah secara global.
"Dengan naiknya permukaan laut yang meningkatkan tingkat migrasi, penting untuk memiliki lebih banyak donor darah dari berbagai latar belakang etnis, dan untuk meningkatkan jumlah orang yang mendonorkan darah," kata Faddy.
Studi dipublikasikan di The Lancet Planetary Health.
Baca juga: Ekonomi 11 Negara Asia-Pasifik Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Mana Saja?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya