Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Ancam Pasokan Darah Dunia

Kompas.com, 21 April 2025, 18:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Sebuah studi menemukan bahwa perubahan iklim kemungkinan akan memengaruhi rantai pasokan darah dunia.

Kenapa bisa begitu?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Palang Merah Lifeblood dan Universitas Sunshine Coast (UniSC) di Australia, jumlah orang yang bersedia dan mampu mendonorkan darah bisa menurun karena kesehatan dan kondisi cuaca ekstrem.

Sementara, pada saat yang sama, kebutuhan akan darah justru berpotensi melonjak.

Peneliti dari institusi itu berpendapat, perubahan iklim dapat memperluas penyebaran penyakit yang ditularkan melalui darah seperti demam berdarah atau malaria yang dapat memengaruhi kesehatan pendonor dan meningkatkan kebutuhan akan transfusi darah untuk mengobati penyakit tersebut.

“Perubahan iklim dapat memengaruhi beberapa penyakit menular yang dapat ditularkan melalui darah dan dapat mencegah orang untuk mendonorkan darah,” kata Dr. Elvina Viennet, salah satu peneliti studi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Euronews, Senin (21/4/2025).

Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Situs Arkeologi di Pesisir

Selanjutnya, bencana alam dan cuaca ekstrem seperti banjir atau kebakaran hutan yang frekuensi dan intensitasnya dapat meningkat akibat perubahan iklim.

Situasi tersebut dapat mengganggu pengumpulan dan distribusi darah serta meningkatkan kebutuhan akan transfusi darah bagi para korban.

"Selain membatasi mobilitas sejumlah besar orang, kejadian ini mengganggu penyimpanan, keamanan, dan transportasi darah yang memiliki masa simpan pendek," imbuh Viennet.

Sebagai gambaran, setiap tahun 25 juta unit darah ditransfusikan di Eropa.

Unit-unit tersebut dibutuhkan untuk perawatan pasien yang menjalani operasi, bayi prematur, korban kecelakaan, dan pasien yang hidup dengan kondisi kronis.

Perubahan iklim juga dapat memengaruhi konsentrasi hemoglobin (sel darah merah) dan juga tekanan darah.

"Kita dapat melihat munculnya penyakit baru, dan masalah kesehatan lainnya seperti tekanan darah dan hidrasi, yang diperburuk oleh panas, serta tekanan psikologis dan 'kecemasan iklim' yang memengaruhi pendonor," kata Helen Faddy, seorang profesor madya di UniSC dan penulis utama penelitian.

"Pada saat yang sama, pergeseran prevalensi penyakit dan frekuensi bencana alam dapat meningkatkan permintaan transfusi darah karena kondisi seperti komplikasi kehamilan, penyakit kardiovaskular, dan penyakit sel sabit," tambahnya.

Peneliti pun mengusulkan atau menyarankan beberapa cara untuk mengurangi atau mengatasi dampak negatif gangguan pada pasokan dan permintaan darah akibat perubahan iklim.

Baca juga: Lonjakan Permintaan dan Perubahan Iklim Sebabkan Kurangnya Pasokan Tenaga Surya

Salah satu strategi yang disarankan adalah pusat donor darah yang fleksibel dan mobile.

Ini bisa membantu menjangkau pendonor di berbagai area, terutama saat terjadi bencana alam atau gangguan transportasi.

Strategi lain adalah cell salvage yang merupakan bentuk autotransfusion.

Cell salvage adalah proses mengumpulkan dan memproses darah pasien yang hilang selama operasi atau cedera, untuk kemudian ditransfusikan kembali kepada pasien yang sama.

Autotransfusion sendiri berarti transfusi darah menggunakan darah pasien sendiri. Strategi ini dapat mengurangi ketergantungan pada donor darah alogenik (dari orang lain).

Strategi terakhir yang disebutkan adalah kerja sama antar negara. Ini bisa melibatkan berbagi sumber daya darah, informasi, dan praktik terbaik dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap pasokan darah secara global.

"Dengan naiknya permukaan laut yang meningkatkan tingkat migrasi, penting untuk memiliki lebih banyak donor darah dari berbagai latar belakang etnis, dan untuk meningkatkan jumlah orang yang mendonorkan darah," kata Faddy.

Studi dipublikasikan di The Lancet Planetary Health.

Baca juga: Ekonomi 11 Negara Asia-Pasifik Rentan Terdampak Perubahan Iklim, Mana Saja?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau