Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 15 April 2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan kajian potensi tsunami di Pantai Gosong, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Kajian tersebut dilakukan untuk menilai kelayakan lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama di Indonesia. Kajian dimulai pada 2023 dan direncanakan berlangsung hingga 2025.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, apabila terjadi gempa besar di Palung Manila, Filipina, maka ada gelombang tsunami setinggi hingga 0,62 meter yang mencapai Pantai Gosong.

Baca juga: 3 Negara Disebut Ajukan Proposal Pengembangan PLTN di RI, Ini Daftarnya

Skenario yang digunakan adalah gempa bumi berkekuatan magnitudo 9,1 dari zona subduksi Palung Manila yang terbukti secara geologis menunjukkan aktivitas tektonik signifikan.

Hasil simulasi menunjukkan, gelombang tsunami akan melintasi Laut Cina Selatan dan mencapai Pantai Gosong dalam waktu sekitar 9 jam 10 menit, dengan tinggi gelombang bervariasi antara 0,48 meter hingga 0,62 meter pada titik-titik sekitar lokasi rencana tapak PLTN.

"Ancaman tsunami dari luar zona Indonesia tetap harus diperhitungkan, terutama untuk infrastruktur berisiko tinggi seperti PLTN," kata Peneliti dari Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN Widjo Kongko dikutip dari situs web BRIN, Senin (14/4/2025).

Ia menambahkan, meskipun tinggi gelombang relatif kecil, risiko kerusakan sistem pendingin dan gangguan operasi bisa terjadi jika perencanaan desain tidak memperhitungkan skenario terburuk.

PLTN dirancang memiliki sistem pendingin yang memanfaatkan air laut. Pipa-pipa pendingin dirancang menjangkau laut hingga kedalaman 10 meter dan berjarak sekitar 1,5–2 kilometer dari pantai.

Baca juga: Pemerintah Majukan Rencana Realisasi PLTN 3 Tahun, dari 2032 Jadi 2029

Apabila terjadi tsunami, perubahan tekanan dan arus air laut dapat mempengaruhi kestabilan pipa, kinerja, dan efektivitas sistem pendinginan reaktor.

Penelitian tersebut menggunakan tujuh domain pemodelan, dari resolusi global, regional, hingga lokal dengan resolusi terdetial 1 meter.

Permodelan juga menggabungkan berbagai sumber data mutakhir GEBCO, BATNAS, DEMNAS, hingga survei lapangan menggunakan drone, GNSS, dan echosounder.

Titik tertinggi tsunami ditemukan di sisi barat Pulau Semesak yakni 0,62 meter, sementara di utara Gosong berkisar 0,49 sampai 0,61 meter.

Kondisi topografi yang landai dan proses sedimentasi di Pantai Gosong turut memengaruhi potensi genangan. Jika tsunami terjadi bersamaan dengan pasang tertinggi atau Highest High-Water Level (HHWL), maka tinggi air gabungan dapat mencapai 1,5 meter lebih.

Baca juga: Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

"Untuk studi kelayakan desain dan perencanaan tapak PLTN, kita harus menyiapkan sistem dan mitigasi yang mampu menghadapi potensi ancaman tersebut," ujar Widjo.

Penelitian tersebut tekah dipublikasikan dalam International Journal of Renewable Energy Development edisi Januari 2024 dengan judul Assessing the Potential Tsunami Source of the Manila Trench at the Bengkayang Nuclear Power Plant Site in Kalimantan Using Topographical Details.

Studi berikutnya adalah potensi ancaman tsunami di lokasi yang sama bersumber dari longsor bawah laut di laut lepas Brunei Darussalam.

Penelitian itu akan melengkapi studi sebelumnya sebagai bagian dari analisis potensi ancaman tsunami dengan skenario sumber jamak (tektonik dan non-tektonik).

Hasil kajian bisa menjadi salah satu rujukan teknis dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan evaluasi keselamatan tapak PLTN sesuai peraturan BAPETEN Nomor 4 Tahun 2018 dan Nomor 6 Tahun 2014.

Baca juga: Startup AS Berambisi Luncurkan PLTN Reaksi Fusi Minim Radiasi

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Laporan Ceres: Kemajuan Keberlanjutan Air Korporat Terlalu Lambat
Pemerintah
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Konsumsi Air Dunia Melonjak 25 Persen, Bank Dunia Ungkap Bumi Menuju Kekeringan
Pemerintah
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
COP30: 70 Organisasi Dunia Desak Kawasan Bebas Energi Fosil di Hutan Tropis
LSM/Figur
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Perkuat Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Warga, Bakti BCA Restorasi Mata Air dan Tanam 21.000 Pohon
Swasta
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
Koalisi Masyarakat Sipil: Program MBG Harus Dihentikan dan Dievaluasi
LSM/Figur
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
5,2 Ha Lahan Hutan di Karawang Jadi Tempat Sampah Ilegal
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Landa Sejumlah Daerah Sepekan ke Depan
Pemerintah
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Inisiatif Food Waste Breakthrough: Target Potong Setengah Sampah Makanan Kota
Swasta
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Telkom University–Cyberport Hong Kong Resmi Bersinergi Dorong Inovasi Digital Global
Swasta
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
Perlu 1 Miliar Hektar untuk Penuhi Janji Iklim
LSM/Figur
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
CDP: Bisnis Proyeksikan Kerugian 420 Miliar Dolar AS Akibat Risiko Cuaca Ekstrem
Swasta
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
Muhammadiyah Luncurkan Pesantren Eco-Saintek, yang Integrasi Pendidikan dan Lingkungan
LSM/Figur
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
Krisis Nutrisi akibat Iklim: Tanaman Makin Berkalori, Kita Makin Rentan
LSM/Figur
Saat Kebun Harus Beradaptasi
Saat Kebun Harus Beradaptasi
Pemerintah
Empat Miskonsepsi Besar Soal Nikel dan Kendaraan Listrik di Indonesia
Empat Miskonsepsi Besar Soal Nikel dan Kendaraan Listrik di Indonesia
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau