KOMPAS.com - Manusia sejak dahulu kala telah hidup di dekat pesisir dan jalur air, sehingga lokasi-lokasi ini pun biasanya kaya akan situs arkeologi.
Namun, perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem mengancam keduanya, baik itu manusia dan juga situs peninggalan yang berada di pesisir.
Hal tersebut terungkap dari sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Florida State University dan diterbitkan di jurnal PNAS Nexus.
Dikutip dari Phys, Kamis (17/4/2025) dalam studinya, peneliti Jayur Mehta dan rekan-rekannya menggunakan model elevasi digital LiDAR, data lokasi situs, dan model kenaikan permukaan laut NOAA untuk menentukan dampak dan genangan air pada situs-situs arkeologi di wilayah pesisir AS, Belanda, Oseania, dan Peru.
Baca juga: Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP
Tim kemudian menemukan di wilayah Big Bend Florida, 11 situs peninggalan masyarakat adat sudah berada di atau di bawah permukaan laut.
Sedangkan 142 situs gundukan dan midden (tumpukan sampah dapur kuno yang sering kali mengandung artefak) lainnya berpotensi terendam air dalam seratus tahun mendatang, termasuk situs gundukan monumental yang dikenal sebagai Garden Patch.
Di Delta Sungai Mississippi, 11 situs peninggalan masyarakat adat berada tepat di permukaan laut atau lebih rendah.
Sementara 107 situs gundukan dan tumpukan sampah dapur kuno lainnya berisiko (terendam), termasuk kompleks Magnolia Mounds dan situs Bayou Grand Cheniere.
Risiko serupa juga terjadi pada situs-situs prasejarah di bagian dataran rendah Belanda, situs-situs warisan budaya di Oceania, dan situs-situs arkeologi di pesisir Peru.
Di Peru, laju ekspansi pertanian yang cepat semakin memperburuk ancaman terhadap sumber daya budaya.
Temuan ini pun membuat tim peneliti menyarankan perlunya integrasi pengelolaan sumber daya alam dan budaya untuk melindungi situs-situs arkeologi di wilayah pesisir yang rentan.
Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Sebabkan Sejumlah Jamur Terancam Punah
Mereka mendesak adanya kebijakan yang menggabungkan upaya pelestarian alam pesisir dengan perlindungan warisan budaya dan sejarah yang ada di sana.
Mereka juga menekankan pentingnya memanfaatkan pengetahuan tradisional masyarakat adat tentang lingkungan dan mengakui nilai-nilai budaya yang terkait dengan ekosistem dalam upaya pelestarian tersebut.
Peneliti berpendapat bahwa situs-situs kuno ini berkontribusi pada ketahanan ekosistem di wilayah di mana alam dan budaya saling terkait.
Oleh karena itu, untuk melestarikan dan memulihkan wilayah-wilayah ini, diperlukan pendekatan yang terpadu, yang mempertimbangkan baik aspek alam maupun budaya secara bersamaan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya