KOMPAS.com - SUN Energy meluncurkan inisiatif ESG berbasis pilar Sosial (Social), melalui program edukasi energi terbarukan bernama SUN RISE (SUN Renewable Insight & Solar Expertise) pada 30 April 2025.
Hal ini merupakan bagian upaya SUN Energy dalam mempercepat transisi energi nasional dan memperkuat komitmen prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Tantangan dalam transisi energi di Indonesia saat ini dirasa masih signifikan. Lebih dari 94 persen provinsi dinilai belum siap beralih ke energi bersih secara optimal. Salah satu hambatan utama adalah keterbatasan tenaga kerja terampil di sektor energi terbarukan.
Menurut IRENA, Indonesia memiliki sekitar 798.600 pekerjaan di sektor bioenergi pada 2023, namun jumlah tenaga kerja terampil di bidang energi terbarukan masih terbatas.
Bappenas memperkirakan, transisi ke ekonomi hijau dapat menciptakan 1,8 juta pekerjaan ramah lingkungan pada 2030, namun kesiapan SDM lokal menjadi perhatian utama investor asing karena minimnya tenaga kerja tersertifikasi dan berpengalaman di bidang ini.
Situasi ini mengindikasikan kebutuhan mendesak untuk mempercepat pengembangan kapasitas SDM sebagai fondasi transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan.
SUN RISE diharapkan hadir sebagai solusi terhadap tantangan tersebut dengan mengedepankan pendekatan edukatif yang inklusif, aplikatif, dan kolaboratif, guna memperkuat literasi energi dan menyiapkan tenaga kerja kompeten dalam mendukung transisi energi nasional.
Hingga kuartal pertama tahun 2025, program ini telah menjangkau lebih dari 40.000 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pelajar hingga profesional industri, dengan total lebih dari 600 jam aktivitas edukasi yang diselenggarakan secara daring maupun luring.
Chief Sales Officer SUN Energy, Oky Gunawan menyampaikan, "SUN RISE merupakan wujud nyata dari komitmen ESG kami untuk tidak hanya mengedukasi, tetapi juga mengorkestrasi percepatan transisi energi di Indonesia."
"Melalui inisiatif ini, kami ingin berada di garis terdepan dalam menyiapkan talenta masa depan, memperluas akses pengetahuan, dan membentuk ekosistem yang kolaboratif bagi energi surya," jelasnya.
Baca juga: Perdebatan Energi Terbarukan Usai Pemadaman Listrik Massal di Spanyol
"Lebih dari sekadar pengguna, kami ingin melahirkan generasi pelopor yang siap memimpin perubahan menuju masa depan energi bersih yang berkelanjutan," tambah Oky Gunawan.
Lebih jauh dia menjelaskan, program SUN RISE berfokus pada tiga kelompok sasaran utama, yaitu:
1. Masyarakat Umum
Melalui seminar, webinar, dan kelas interaktif, SUN RISE menghadirkan edukasi terbuka guna meningkatkan literasi energi surya secara praktis dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, SUN Energy juga memperkenalkan teknologi energi terbarukan melalui media edukasi interaktif seperti Future Energy Box yang ditampilkan di berbagai acara publik mulai dari festival olahraga hingga kegiatan anak muda dengan pendekatan menyenangkan, inklusif, dan mudah diakses.
2. Tenaga Ahli atau Profesional
Bagi pelaku industri dan tenaga profesional lintas sektor, SUN RISE menghadirkan pelatihan teknis intensif yang mencakup teori dasar hingga praktik langsung di lapangan.
Program ini dirancang untuk membekali peserta dengan keterampilan yang relevan dan adaptif terhadap dinamika industri energi bersih.
Selain itu, program ini juga membuka ruang kolaborasi dengan mitra teknis, mendorong transfer pengetahuan secara langsung, serta membangun jaringan profesional yang memperkuat ekosistem energi terbarukan di Indonesia.
3. Mahasiswa dan Pelajar
Melalui program kunjungan industri, magang di lingkungan kerja SUN Energy, serta pelatihan teknis khusus bagi pendidikan vokasi, mahasiswa dan pelajar mendapat kesempatan mengenal langsung teknologi energi surya, praktik operasional, dan potensi karier di sektor energi bersih.
Inisiatif ini bertujuan membentuk generasi muda yang tangguh dan siap berkontribusi aktif dalam proses transisi energi serta pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dalam mengembangkan SUN RISE, SUN Energy secara aktif membangun kolaborasi lintas sektor dengan institusi pendidikan, komunitas profesional, dan mitra industri.
Baca juga: RI-Korsel Perkuat Hilirisasi dan Energi Terbarukan lewat Danantara
Kolaborasi ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan ekosistem edukasi energi bersih yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan sejalan dengan visi nasional dalam mempercepat transisi menuju masa depan energi hijau yang kompetitif.
Salah satu wujud nyata pendekatan kolaboratif ini terlihat dalam partisipasi SUN Energy di ajang Maybank Marathon 2024 di Bali.
Melalui kehadiran Future Energy Box dan Chargee, SUN Energy menghadirkan media edukatif interaktif yang memperkenalkan konsep energi surya kepada publik.
Chargee, sebagai stasiun pengisian daya bertenaga surya yang bersifat mobile, ditempatkan di area strategis dekat dengan jalur pelari untuk memudahkan peserta dan pengunjung mengisi ulang smartphone mereka.
Inisiatif ini tidak hanya mendorong pemahaman publik terhadap energi terbarukan, tetapi juga mengintegrasikan nilai keberlanjutan dalam aktivitas gaya hidup sehat dan green sport tourism.
“Maybank Indonesia menjadikan Maybank Marathon 2024 lebih dari sekadar perlombaan lari dengan mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap aspeknya. Salah satu inisiatif yang mendukung tujuan ini adalah Future Energy Box, membuka ruang untuk edukasi mengenai keberlanjutan dan dampak positif bagi masyarakat," ungkap Maria Trifanny Fransiska, Head of Sustainability Maybank Indonesia.
Program ini selaras dengan inisiatif Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dicanangkan Kemendikbudristek sebagai bagian dari upaya menciptakan sumber daya manusia vokasi yang unggul dan siap kerja.
Selama 6 bulan, 30 siswa dan 6 guru mendapatkan pembekalan teknis berbasis industri, mulai dari instalasi, perawatan, hingga troubleshooting sistem surya, dengan total hampir 150 jam pelatihan.
Materi teori dan praktik langsung terkait instalasi, perawatan, dan troubleshooting sistem energi surya. Dengan pendekatan aplikatif dan berbasis kebutuhan industri, program ini diharapkan meningkatkan daya saing lulusan vokasi sekaligus memperkuat kapasitas tenaga kerja di sektor energi terbarukan.
"Melalui program pelatihan teknisi surya ini, siswa kami memperoleh keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja, khususnya di industri energi surya," ujar Ani Nursiah Kepala Program Teknik Ketenagalistrikan SMKN 2 Kendal.
"Selain meningkatkan kesiapan kerja bagi lulusan kami, tetapi juga membuka peluang lebih besar di sektor energi bersih yang terus berkembang," tambahnya.
Keberlanjutan dari Solar Technician Program tercermin dalam kolaborasi industri, di mana SUN Energy mengundang beberapa mitra EPC (Engineering, Procurement, Construction), salah satunya TML Energy, yang memungkinkan transfer keahlian praktis dari industri langsung ke peserta pelatihan.
Ivan Fauzan, Project Management Specialist dari TML Energy menyampaikan, "Kolaborasi ini menjadi platform penting untuk memperluas penyebaran teknologi energi surya dan memperkaya keterampilan tenaga teknis kami. Ini adalah langkah strategis dalam mendukung pengembangan ekosistem energi terbarukan di Indonesia."
Di tingkat perguruan tinggi, University Program dari SUN Energy memberikan mahasiswa kesempatan untuk terlibat langsung dengan industri energi surya.
Melalui kunjungan industri dan program magang, mahasiswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep teoretis tetapi juga mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan prinsip energi hijau di dunia kerja.
Salah satunya seperti yang dilakukan AIChE UI SC (The American Institute of Chemical Engineers Student Chaper in University of Indonesia) ke SUN Energy Tech Space, ruang monitoring PLTS pertama dan satu-satunya di Indonesia.
Presiden AIChE UI Student Chapter 2025, Damian Raka mengungkapkan, "Kunjungan ke fasilitas SUN Energy memberikan wawasan nyata kepada mahasiswa mengenai dunia kerja di industri energi bersih."
"Ini sangat berharga dalam membekali kami dengan pemahaman mendalam tentang peluang karier di bidang keberlanjutan dan juga teknologi energi bersih yang terkini," tegasnya.
Hingga saat ini, SUN RISE telah bermitra dengan lebih dari 70 organisasi di seluruh Indonesia. Dengan dukungan berbagai pihak, SUN Energy optimistis dapat mempercepat perubahan pola pikr masyarakat mengenai pentingnya transisi ke energi bersih, dari usia dini hingga tingkat profesional.
Head of Marketing SUN Energy, Anggita Pradipta menyampaikan, "SUN RISE bukan sekadar inisiatif edukasi, melainkan bagian dari komitmen jangka panjang SUN Energy terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG)."
Baca juga: Kapasitas Energi Terbarukan China Lampaui Pembangkit Fosil untuk Pertama Kalinya
"Melalui peningkatan kesadaran, pengembangan keterampilan, dan kolaborasi lintas sektor, kami berupaya membangun ekosistem energi hijau yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya.
"Harapannya, program ini tidak hanya mencetak generasi yang melek teknologi energi surya, tetapi juga membentuk komunitas yang siap berperan aktif dalam percepatan transisi menuju Indonesia Net Zero Emissions," tutup Anggita.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya