KOMPAS.com - Satelit Biomassa milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil diluncurkan dari Guyana, Prancis.
Satelit ini memiliki misi penting untuk mengumpulkan data yang belum pernah ada sebelumnya mengenai hutan di seluruh dunia dan perannya dalam siklus karbon Bumi, yang krusial untuk memahami perubahan iklim.
Satelit Biomassa dilengkapi dengan teknologi radar canggih yang unik yakni Radar Apertur Sintetik Pita-P Pertama di Luar Angkasa.
Dalam pernyataannya, Simonetta Cheli, Direktur Program Observasi Bumi ESA, menekankan pentingnya misi tersebut dengan menyebutkannya sebagai bagian dari keluarga Misi Penjelajah Bumi ESA yang dapat menghasilkan penemuan-penemuan ilmiah penting tentang planet Bumi.
Baca juga: Sejumlah Negara Diduga Manipulasi Laporan Serapan Karbon dari Hutan
Hal tersebut menunjukkan harapan tinggi terhadap kontribusi Biomass dalam meningkatkan pemahaman mengenai hutan dan siklus karbon.
"Dengan Biomass, kita siap untuk mendapatkan data baru yang sangat penting tentang seberapa banyak karbon yang tersimpan di hutan-hutan dunia, membantu mengisi kesenjangan pengetahuan tentang siklus karbon dan sistem iklim Bumi," katanya dikutip dari Phys, Rabu (30/4/2025).
Hutan memainkan peran penting dalam siklus karbon Bumi karena menyerap dan menyimpan sejumlah besar karbon dioksida sehingga membantu mengatur suhu planet ini.
Sering disebut sebagai "paru-paru Dunia," hutan menyerap sekitar 8 miliar ton karbon dioksida setiap tahunnya.
Namun, penggundulan hutan dan degradasi yang terutama terjadi di wilayah tropis, melepaskan kembali karbon yang tersimpan ke atmosfer dan memperburuk perubahan iklim.
Tantangan utama bagi para ilmuwan dan pembuat kebijakan adalah kurangnya data yang akurat tentang seberapa banyak karbon yang disimpan hutan dan bagaimana stok berubah karena faktor-faktor seperti meningkatnya suhu, meningkatnya kadar karbon dioksida atmosfer, dan perubahan penggunaan lahan yang disebabkan manusia.
Baca juga: Perusahaan Ini Terapkan Cara Baru untuk Kurangi Emisi Karbon dari Kebakaran Hutan
Di sinilah kemampuan Biomass diandalkan. Sebagai satelit pertama yang dilengkapi dengan radar apertur sintetik pita-P, satelit mampu menembus kanopi hutan untuk mengukur biomassa kayu, dahan, dan ranting yang merupakan tempat sebagian besar karbon hutan tersimpan.
Data dari misi Biomass kemudian diharapkan dapat memberikan informasi yang jauh lebih akurat tentang jumlah karbon yang tersimpan di hutan dan bagaimana karbon bergerak masuk dan keluar dari hutan akibat berbagai faktor, termasuk aktivitas manusia.
Akurasi itu sangat penting untuk memodelkan perubahan iklim dengan lebih baik dan untuk mengembangkan kebijakan yang efektif dalam pengelolaan hutan dan mitigasi perubahan iklim.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya