Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satelit Biomassa Diluncurkan untuk Hitung Karbon Hutan

Kompas.com, 30 April 2025, 20:50 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Satelit Biomassa milik Badan Antariksa Eropa (ESA) berhasil diluncurkan dari Guyana, Prancis.

Satelit ini memiliki misi penting untuk mengumpulkan data yang belum pernah ada sebelumnya mengenai hutan di seluruh dunia dan perannya dalam siklus karbon Bumi, yang krusial untuk memahami perubahan iklim.

Satelit Biomassa dilengkapi dengan teknologi radar canggih yang unik yakni Radar Apertur Sintetik Pita-P Pertama di Luar Angkasa.

Dalam pernyataannya, Simonetta Cheli, Direktur Program Observasi Bumi ESA, menekankan pentingnya misi tersebut dengan menyebutkannya sebagai bagian dari keluarga Misi Penjelajah Bumi ESA yang dapat menghasilkan penemuan-penemuan ilmiah penting tentang planet Bumi.

Baca juga: Sejumlah Negara Diduga Manipulasi Laporan Serapan Karbon dari Hutan

Hal tersebut menunjukkan harapan tinggi terhadap kontribusi Biomass dalam meningkatkan pemahaman mengenai hutan dan siklus karbon.

"Dengan Biomass, kita siap untuk mendapatkan data baru yang sangat penting tentang seberapa banyak karbon yang tersimpan di hutan-hutan dunia, membantu mengisi kesenjangan pengetahuan tentang siklus karbon dan sistem iklim Bumi," katanya dikutip dari Phys, Rabu (30/4/2025).

Hutan memainkan peran penting dalam siklus karbon Bumi karena menyerap dan menyimpan sejumlah besar karbon dioksida sehingga membantu mengatur suhu planet ini.

Sering disebut sebagai "paru-paru Dunia," hutan menyerap sekitar 8 miliar ton karbon dioksida setiap tahunnya.

Namun, penggundulan hutan dan degradasi yang terutama terjadi di wilayah tropis, melepaskan kembali karbon yang tersimpan ke atmosfer dan memperburuk perubahan iklim.

Tantangan utama bagi para ilmuwan dan pembuat kebijakan adalah kurangnya data yang akurat tentang seberapa banyak karbon yang disimpan hutan dan bagaimana stok berubah karena faktor-faktor seperti meningkatnya suhu, meningkatnya kadar karbon dioksida atmosfer, dan perubahan penggunaan lahan yang disebabkan manusia.

Baca juga: Perusahaan Ini Terapkan Cara Baru untuk Kurangi Emisi Karbon dari Kebakaran Hutan

Di sinilah kemampuan Biomass diandalkan. Sebagai satelit pertama yang dilengkapi dengan radar apertur sintetik pita-P, satelit mampu menembus kanopi hutan untuk mengukur biomassa kayu, dahan, dan ranting yang merupakan tempat sebagian besar karbon hutan tersimpan.

Data dari misi Biomass kemudian diharapkan dapat memberikan informasi yang jauh lebih akurat tentang jumlah karbon yang tersimpan di hutan dan bagaimana karbon bergerak masuk dan keluar dari hutan akibat berbagai faktor, termasuk aktivitas manusia.

Akurasi itu sangat penting untuk memodelkan perubahan iklim dengan lebih baik dan untuk mengembangkan kebijakan yang efektif dalam pengelolaan hutan dan mitigasi perubahan iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau