Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Pangkas 140 Juta Ton CO2 untuk Capai FOLU Net Sink 2030

Kompas.com, 16 Mei 2025, 19:17 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 140 juta ton CO2 ekuivalen untuk mencapai FOLU Net Sink 2030. 

Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Mahfudz, mengatakan hal itu dilakukan melalui sektor kehutanan dan penggunaan lahan atau Forestry and Other Land Uses (FOLU). Sektor ini diproyeksikan dapat memangkas hampir 60 persen dari total target penurunan emisi nasional.

"Semua langkah aksi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dirancang secara rinci dan terintegrasi, agar dapat memberikan manfaat berupa pengurangan terukur laju emisi, perbaikan dan peningkatan tutupan kanopi hutan dan lahan," ungkap Mahfudz dalam Journalist Workshop on Indonesia's FOLU Net Sink 2030 di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (16/5/2025).

Baca juga: Investigasi Genesis: 40.000 Lahan FOLU Net Sink di Bengkulu Tumpang Tindih

Manfaat lainnya, perbaikan berbagai fungsi utama hutan seperti tata air, iklim mikro, ekosistem, konservasi keanekaragaman hayati sekaligus meningkatkan kesejahteraan maupun kesehatan masyarakat

Dia menyebutkan, langkah untuk mencapai target FOLU Net Sink mencakup pengurangan emisi dari deforestasi, pengurangan emisi dari dekomposisi gambut dan kebakaran gambut, peningkatan kapasitas hutan alam dalam menyerap karbon, serta peningkatan kapasitas suksesi hutan alam.

"Langkah lainnya, penerapan praktik-praktik pengelolaan hutan lestari, restorasi dan perbaikan tata air gambut, restorasi dan rehabilitasi hutan, optimalisasi pemanfaatan lahan yang tidak produktif, peningkatan produktivitas lahan dan indeks penanaman, serta praktik-praktik teknik pengolahan tanah dalam budidaya pertanian," ucap Mahfudz.

Kemudian pencegahan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian hingga pengurangan kehilangan hasil pertanian dan limbah makanan.

Baca juga: Sektor Energi Lepaskan 120 Juta Ton Emisi Metana pada 2024

Mahfudz mengungkapkan bahwa Indonesia yang memiliki kawasan hutan seluas 125,7 juta hektar atau sekitar 63 persen dari total daratan, menempatkan sektor FOLU sebagai kunci utama dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) di 2030.

"Indonesia merancang bahwa sektor FOLU akan mampu mencapai kondisi net sink mulai tahun 2030," imbuh dia.

Kemenhut mencatat, dibutuhkan pendanaan Rp 204 triliun untuk merealisasikan kondisi net sink. Namun, alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya sekitar Rp 19,6 triliun pada periode 2020 -2024.

Oleh sebab itu, pihaknya mencari pendanaan dari negara lain. Terbaru, Indonesia menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Norwegia yang berlaku selama lima tahun yaitu hingga 2027 di era Menteri KLHK, Siti Nurbaya. 

Baca juga: RI Dapat Kucuran Dana Rp 116 Miliar dari Inggris untuk Proyek Folu Net Sink

MoU tersebut berbasis hasil atau result-based dengan total kontribusi sebesar 216 juta dollar AS. Dana disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).

Perjanjian kerja sama diperpanjang oleh Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen pada 19 Februari 2025

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Menjaga Bumi Nusantara Melalui Kearifan Lokal
Pemerintah
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau