Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Susu dan Kopi Lambat Atasi Emisi Metana

Kompas.com - 16/05/2025, 14:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Edie

KOMPAS.com - Hanya segelintir produsen susu dan jaringan kedai kopi terbesar di dunia saja yang telah membuat kemajuan terukur dalam mengurangi emisi metana, sementara sebagian besar perusahaan tidak memiliki target dan rencana aksi yang jelas.

Hal tersebut terungkap dalam laporan baru berjudul 'Running Latte' dari lembaga nirlaba lingkungan Changing Markets Foundation.

Penilaian tersebut melibatkan 20 perusahaan besar di sektor susu dan kopi terkemuka di Eropa dan Amerika Utara, yang secara kolektif memiliki pendapatan melebihi 420 miliar dollar AS.

Perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya menghasilkan produk susu dalam jumlah besar, tetapi juga menggunakan produk susu dalam skala besar, sektor yang bertanggung jawab atas sekitar 8 persen emisi metana global.

Metana lebih dari 80 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dalam jangka pendek dan pengurangannya dipandang sebagai salah satu cara tercepat untuk memperlambat pemanasan global.

Baca juga: Sektor Energi Lepaskan 120 Juta Ton Emisi Metana pada 2024

Mengutip Edie, Jumat (16/5/2025) laporan ini menunjukkan meski metana merupakan pengungkit iklim yang krusial dan langkah-langkah untuk mengurangi emisi sudah ada secara komersial, akan tetapi hingga April 2025, hanya enam dari perusahaan yang dinilai, melacak emisi metana secara langsung.

Sementara hanya empat yang kemudian menerbitkan data tersebut.

Mayoritas (18 perusahaan) mendapat skor di bawah 50 poin dari 100 dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengurangan emisi metana.

Perusahaan cenderung kurang akurat dalam menghitung emisi, kurang menyadari pentingnya isu ini, tidak transparan dalam pelaporan, dan tidak memiliki target serta rencana aksi yang jelas untuk mengatasi emisi metana mereka.

Hanya Danone yang memiliki target khusus untuk memangkas metana dan rencana untuk mencapainya. Dengan demikian, perusahaan tersebut memperoleh skor tertinggi laporan tersebut, yaitu 59 poin.

General Mills menyusul dengan 53,5, meskipun tidak memiliki tujuan khusus metana. Nestlé dan Arla berada di posisi ketiga dengan 49 poin.

Nestlé adalah satu-satunya perusahaan yang mendukung pengurangan konsumsi susu publik tetapi tidak berkomitmen untuk memangkas penjualan susunya sendiri.

Pengelolaan metana ditemukan lebih buruk di sektor kopi daripada susu. Dunkin' mendapat skor nol karena tidak memiliki target, rencana, atau pengungkapan.

Starbucks, yang menggunakan sekitar 750 juta liter susu sapi perah setiap tahun di AS saja, menurut laporan tersebut, belum menerbitkan strategi khusus metana, meskipun susu menjadi kontributor tunggal terbesar terhadap emisinya.

Peneliti laporan tersebut selanjutnya menyimpulkan bahwa Dairy Methane Action Alliance (DMAA), yang diluncurkan pada COP28 untuk mengurangi dan menghitung emisi metana dalam rantai pasokan susu perusahaan makanan global, memiliki dampak yang terbatas.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
Harapan Orangutan di Tengah Ancaman Kepunahan: Sains, Politik, Publik
LSM/Figur
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pulau untuk Dijaga, Bukan Dijual: Jalan Menuju Wisata Berkelanjutan
Pemerintah
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
GAPKI Gandeng IPOSS untuk Perkuat Sawit Indonesia di Tingkat Dunia
Swasta
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Bioteknologi Jagung, Peluang Indonesia Jawab Masalah Ketahan Pangan
Swasta
Peluang 'Green Jobs' di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
Peluang "Green Jobs" di Indonesia Besar, tapi Produktivitas SDM Masih Rendah
LSM/Figur
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
IEA Prediksi Penurunan Permintaan Minyak Global Mulai 2030
Pemerintah
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
PGN Perluas Akses Internet di Lingkungan Kampus Unsri
BUMN
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
Peta Baru Ungkap 195 Juta Hektar Lahan Potensial untuk Perbaikan Hutan
LSM/Figur
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
Mata dari Langit: Bagaimana Penginderaan Jauh Bantu Selamatkan Bumi?
LSM/Figur
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
16 Sistem Penambatan Bakal Dipasang untuk Jaga Terumbu Karang Raja Ampat
Pemerintah
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Picu Kerusakan Lingkungan, 2 Perusahaan Tambang Didenda Rp 47 Miliar
Pemerintah
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Peringati HUT Ke-47, Pasar Modal Indonesia Serahkan Bantuan Ambulans untuk Masyarakat Papua
Swasta
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Satu Prompt ChatGPT Konsumsi Setengah Liter Air Bersih
Swasta
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
KKP Ungkap Pendapatan Sektor Perikanan Indonesia Capai Rp116 Triliun
Pemerintah
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
Menelusuri Jejak Kayu Ilegal lewat Forensik DNA, Harapan Baru dalam Penegakan Hukum Kehutanan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau