KOMPAS.com — Upaya mengatasi krisis sampah sekaligus mempercepat transisi menuju energi terbarukan kembali mendapat dorongan baru.
WITS Group—melalui unit bisnis Jono Enviro Technology—menjalin kerja sama strategis dengan Institut Teknologi PLN (ITPLN) untuk mengembangkan teknologi pengolahan sampah menjadi energi atau waste to energy (WTE) berbasis kecerdasan buatan (AI).
Kesepakatan kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) yang dilakukan di kampus ITPLN, Jakarta.
Rektor ITPLN Prof Dr Ir Iwa Garniwa Mulyana K, MT, IPU, ASEANEng mengatakan bahwa kemitraan tersebut merupakan bentuk sinergi konkret antara institusi pendidikan dan dunia industri dalam merespons tantangan perubahan iklim dan krisis energi.
“ITPLN berkomitmen menjadi pelopor riset dan teknologi energi bersih. Bersama WITS Group, kami menggabungkan inovasi dan praktik nyata untuk menciptakan dampak jangka panjang bagi bangsa,” ujar Prof Iwa dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (20/5/2025).
Baca juga: Bank Sampah di Yogyakarta Buat Insinerator Sederhana dari Batu Bata
Kerja sama itu, lanjutnya, sejalan dengan pendekatan sistem pembelajaran di ITPLN yang mengusung formula 40-40-20, yakni 40 persen teori, 40 persen penyelesaian masalah, dan 20 persen kontribusi dari praktisi industri.
Chief Executive Officer (CEO) WITS Group Jodi Irawan menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan tidak hanya bertujuan menyelesaikan persoalan limbah, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan energi berkelanjutan.
Salah satu teknologi unggulan yang diperkenalkan dalam proyek ini adalah Mechanical Processing yang merupakan sistem pencacahan dan pengeringan sampah yang efisien.
Ada pula AI Sorting System yang merupakan sistem pemilah sampah otomatis berbasis kecerdasan buatan dengan tingkat akurasi tinggi.
Teknologi lainnya adalah IoT-Based Monitoring, yakni platform digital untuk pemantauan proses secara real-time dan transparan.
Baca juga: Menteri LH: Mangrove dan Gambut Jadi Kunci Pangkas Emisi
Salah satu produk utama dari teknologi ini adalah Enercycle Fuel (ECF), yakni bahan bakar alternatif padat hasil pengolahan limbah organik dan anorganik. Produk ini dirancang untuk mendukung skema co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), menggantikan sebagian bahan bakar fosil.
“Kami tidak hanya ingin menyelesaikan masalah hari ini. Kami sedang membangun fondasi untuk masa depan energi Indonesia,” ujar Jodi.
Berdasarkan data ITPLN, Indonesia memproduksi lebih dari 175.000 ton sampah setiap hari. Di sisi lain, bauran energi nasional masih didominasi oleh energi fosil, meski pemerintah menargetkan emisi nol bersih atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Melalui kerja sama tersebut, WITS dan ITPLN berharap dapat mendorong beberapa langkah strategis, antara lain mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA) dan emisi karbon, mempercepat pemanfaatan biomassa dalam sistem kelistrikan nasional, serta mendukung ekonomi sirkular dan menciptakan lapangan kerja hijau (green jobs).
Menurut Jodi, keterlibatan aktif berbagai pihak dalam mengembangkan teknologi ramah lingkungan merupakan hal mendesak.
“Kita tidak bisa menunggu generasi berikutnya untuk menyelamatkan bumi. Kitalah generasi itu. Dan kita harus bertindak, hari ini, sekarang,” tegas dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya