“Udangnya tumbuh optimal, berukuran hingga 24 ekor per kilogram, dan memenuhi standar ekspor. Ini menunjukkan manajemen budidaya yang efektif dan memiliki potensi besar untuk pasar internasional,” jelasnya.
Melihat capaian dan potensi tersebut, Aryo berharap keberhasilan panen pertama ini bisa menjadi model nasional yang dapat direplikasi di berbagai kawasan pesisir Indonesia.
“Sistem ini mampu menjawab tantangan krusial seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan ketimpangan ekonomi dalam satu pendekatan terpadu,” ujar Aryo.
Keberhasilan panen ini, menurutnya, lebih dari sekadar pencapaian produksi. Ini menunjukkan arah baru bagi sektor akuakultur di Indonesia, yang menggabungkan produktivitas dan keberlanjutan dalam satu kerangka kerja.
Jika model ini berhasil direplikasi secara luas, ia berpotensi mengubah wajah perikanan budidaya nasional—menjadi lebih tangguh terhadap krisis iklim sekaligus berpihak pada ekosistem dan masyarakat pesisir.
Baca juga: Di Kalsel, Ahli IPB Kenalkan Pertanian Hemat Lahan Garden Tower
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya