Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan Keamanan Siber 2025: Hacktivist Berevolusi, Serangan Disponsori Negara Meningkat

Kompas.com - 23/07/2025, 17:38 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang 2024, lembaga penyedia layanan keamanan siber Ensign Infosecurity, mendata serangan siber yang terjadi di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Hasil analisis yang dirilis dalam temu media yang diadakan di Jakarta pada Rabu (23/7/2025) mengungkap fenomena menarik terkait pelaku maupun sumber ancaman.

Head of Consulting Ensign Infosecurity Indonesia, Adithya Nugraputra, mengungkapkan, "Perkembanan ekosistem cyber bawah tanah atau underground economy makin matang, semakin mudah bagi siapapun untuk berpartisipasi dalam ancaman serangan siber."

Di Indonesia, kelompok hacktivist yang semula menyerang dengan basis ideologi kini berevolusi dan bekerjasama dengan para pelaku kejahatan terorganisir, meningkatkan kemampuan mereka dalam mendanai kampanye serangan siber.

"Gerakan siber bawah tanah kini semakin memicu adanya persaingan sekaligus kolaborasi antar pelaku, sehingga meningkatkan efektivitas serta tingkat keberhasilan serangan mereka,” ujarnya.

“Kelompok-kelompok gabungan ini, ditambah dengan meluasnya tingkat kerentanan dalam rantai pasok sistem keamanan siber, menjadikan para pelaku kejahatan siber, seperti hacktivist, menjadi lebih kuat, gigih, dan sulit untuk dilumpuhkan.”

Semakin sulitnya mendeteksi dan melumpuhkan serangan siber ini ditandai dengan meningkatnya waktu dwell time alias periode untuk mengungkap serangan minimal menjadi 7 hari, sementara dwell time maksimal naik dari 48 hari menjadi 201 hari.

Baca juga: Bagaimana Platform Digital Bantu Perusahaan Pangkas Emisi Scope 3?

Semakin meningkatnya dwell time memungkinkan pelaku kejahatan siber mencuri banyak data. Dengan menguatkan jejaring underground economy, maka pelaku bisa menjual data ke banyak pihak sekaligus.

Korporasi besar biasanya memiliki sistem keamanan siber dan prosedur berbagi data yang sangat baik. Namun, hal tersebut belum menjadi jaminan data mereka tak bisa dicuri. 

"Meskipun perusahaan besarnya sulit diserang, pelaku bisa menyerang yang di sekitarnya. Misalnya, klien, firma hukum, akuntansi, atau vendor percetakan yang menyimpan banyak data perusahaan tersebut," terang Adithya. 

Secara umum, perusahaan yang bergerak di industri tersebut memiliki kemampuan pertahanan siber yang relatif rendah, menjadikan mereka jalur masuk yang menarik untuk penetrasi serangan siber sebelum mengakses jaringan yang lebih luas.

Khusus Indonesia, industri perhotelan menjadi sasaran empuk baru. Hotel menjadi lokasi konferensi tempat berbagai figur penting hadir serta menyimpan banyak data mereka. 

Selain sektor itu, industri yang paling ditarget serangan siber di Indonesia secara konsisten adalah teknologi, media dan telekomunikasi (TMT), kemudian sektor keuangan, perbankan dan asuransi, serta layanan publik.

Yang paling mengkhawatirkan, serangan siber yang disponsori negara tertentu terus meningkat di Asia Pasifik, salah satunya dipicu oleh ketegangan geopolitik global. Mereka menjadi dalang atas sebagian besar kasus serangan siber sepanjang tahun 2024. 

Kelompok tersebut paling sulit ditaklukkan. Mereka ahli menyamar, secara strategis gigih serta sabar, serta memiliki dukungan pendanaan dan kekuasaan yang besar. 

Dengan semakin matangnya ekosistem serangan digital, Adithya mengungkapkan, “kami melihat banyaknya organisasi di Indonesia yang mengalami peretasan tanpa sepengetahuan mereka."

“Organisasi tidak lagi bisa beranggapan bahwa sistem keamanan mereka sudah memadai. Mereka perlu memeriksa ulang sistem keamanan mereka secara berkala, menambal kerentanan yang ada dalam sistem, dan memastikan sistem keamanan siber mereka tetap relevan dalam menghadapi ancaman siber saat ini," katanya. 

Baca juga: Atasi Fragmentasi Informasi, Pertanian Berkelanjutan Butuh Pendekatan Digital

 

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Survei: 88 Persen Perusahaan Nilai Keberlanjutan Itu Cuan, Bukan Beban
Survei: 88 Persen Perusahaan Nilai Keberlanjutan Itu Cuan, Bukan Beban
Swasta
Tuntutan Lebih dari 600 LSM Global, Desak Perjanjian Plastik yang Ampuh
Tuntutan Lebih dari 600 LSM Global, Desak Perjanjian Plastik yang Ampuh
LSM/Figur
Pestisida Picu Komplikasi pada Ibu Hamil, Kian Parah jika Banyak Jenisnya
Pestisida Picu Komplikasi pada Ibu Hamil, Kian Parah jika Banyak Jenisnya
LSM/Figur
Energi Pusat Data: PBB Pilih Terbarukan, Trump Gas Fosil, Indonesia?
Energi Pusat Data: PBB Pilih Terbarukan, Trump Gas Fosil, Indonesia?
Pemerintah
Laporan Keamanan Siber 2025: Hacktivist Berevolusi, Serangan Disponsori Negara Meningkat
Laporan Keamanan Siber 2025: Hacktivist Berevolusi, Serangan Disponsori Negara Meningkat
Swasta
AI Tingkatkan Risiko Serangan Siber, Bagaimana Antisipasinya?
AI Tingkatkan Risiko Serangan Siber, Bagaimana Antisipasinya?
Swasta
Menambang dengan Amanah, Mengajak dengan Paham
Menambang dengan Amanah, Mengajak dengan Paham
LSM/Figur
Suhu Meningkat di Jepang Picu Kelangkaan Pasokan Matcha
Suhu Meningkat di Jepang Picu Kelangkaan Pasokan Matcha
Pemerintah
Menteri LH: Pembakaran Hutan adalah Kejahatan Lingkungan Berat
Menteri LH: Pembakaran Hutan adalah Kejahatan Lingkungan Berat
Pemerintah
Melihat Harimau sebagai Bagian dari Kearifan Lokal Masyarakat Sumatra
Melihat Harimau sebagai Bagian dari Kearifan Lokal Masyarakat Sumatra
LSM/Figur
Kemenhut Bakal Bentuk PP Turunan UU Konservasi SDA, Masyarakat Adat Dipastikan Terlibat
Kemenhut Bakal Bentuk PP Turunan UU Konservasi SDA, Masyarakat Adat Dipastikan Terlibat
Pemerintah
Investasi Pompa Air Rp 1,7 Triliun untuk Pangan: Solusi atau Ancaman Baru?
Investasi Pompa Air Rp 1,7 Triliun untuk Pangan: Solusi atau Ancaman Baru?
LSM/Figur
29 Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan di Riau Ditangkap, 213 Hektare Rusak
29 Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan di Riau Ditangkap, 213 Hektare Rusak
Pemerintah
5 Prasyarat agar Swasembada Pangan Sejalan dengan Keberlanjutan
5 Prasyarat agar Swasembada Pangan Sejalan dengan Keberlanjutan
LSM/Figur
Api Membakar Sumatera, Fakta-fakta Terbaru Karhutla 2025
Api Membakar Sumatera, Fakta-fakta Terbaru Karhutla 2025
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau