KOMPAS.com-Perusahaan yang berupaya mengurangi jejak karbon mereka seringkali menganggap pengelolaan emisi Scope 1 dan 2 yang mencakup emisi langsung dari penggunaan bahan bakar dan energi yang dibeli, relatif lebih mudah untuk dikendalikan.
Sementara, emisi Scope 3 yang terkait dengan rantai nilai yang lebih luas merupakan tantangan yang lebih sulit untuk diatasi.
Padahal emisi scope 3 ini biasanya mencakup sekitar 90 persen dari total jejak karbon perusahaan mereka.
Mengapa begitu?
Melansir Sustainability Magazine, Senin (7/4/2025) pengelolaan emisi Scope 3 menjadi tantangan yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena sumber emisi Scope 3 berada di luar kendali langsung perusahaan, melibatkan berbagai pihak dalam rantai nilai, mulai dari hulu (pemasok) hingga hilir (konsumen dan pembuangan).
Baca juga: 2030, Perusahaan Global Targetkan Elektrifikasi 100 Persen Armada Operasional
Sedangkan bisnis dapat bekerja dengan ratusan atau bahkan ribuan pemasok di berbagai wilayah, sehingga sulit untuk memetakan emisi secara akurat.
Pengumpulan data merupakan rintangan utama lainnya.
Perusahaan memerlukan data emisi terperinci untuk menetapkan target dan mengukur kemajuan, tetapi banyak pemasok tidak memiliki sistem untuk melaporkan informasi ini secara konsisten. Tanpa data yang andal, mengidentifikasi sumber emisi terbesar hampir mustahil.
Melibatkan pemasok juga merupakan tantangan. Pemasok beroperasi dengan prioritas yang berbeda dan perusahaan yang lebih kecil sering kali tidak memiliki pengetahuan atau sumber daya keuangan untuk menerapkan langkah-langkah dekarbonisasi.
Investasi dalam teknologi baru dan perubahan operasional akan mahal bagi usaha kecil dan menengah.
Selain itu, perusahaan harus mematuhi peraturan yang berbeda-beda di setiap wilayah sambil menanggapi permintaan konsumen yang terus meningkat akan produk yang lebih berkelanjutan, yang menambah kompleksitas pengelolaan emisi scope 3.
Sehingga tanpa kontrol langsung, mengurangi emisi tersebut dan mencapai tujuan keberlanjutan akan sulit dilakukan.
Dalam menghadapi kendala ini, platform digital muncul sebagai cara yang efektif untuk membantu bisnis yang sedang berjuang menangani dekarbonisasi rantai pasokan.
Misalnya, platform digital dapat membantu melacak emisi dari berbagai pemasok, mengoptimalkan logistik untuk mengurangi jejak karbon transportasi, dan memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap dampak lingkungan di seluruh rantai pasokan
Salah satu platform digital itu adalah Zeigo Hub, yang menawarkan kemampuan untuk melacak, mengatur, dan bertindak berdasarkan data emisi rantai pasokan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya