Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

F1 Turunkan Jejak Karbon di Tengah Pertumbuhan Olahraga yang Pesat

Kompas.com, 28 Juli 2025, 16:41 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - F1 telah memangkas emisi karbonnya sebesar 26 persen sejak tahun 2018, sehingga tetap berada di jalur yang benar untuk mencapai target Net Zero pada tahun 2030.

Penurunan emisi ini terjadi meskipun olahraga ini menambah lebih banyak balapan dan mendapatkan lebih banyak penggemar di seluruh dunia.

Jumlah balapan kini diketahui menjadi 24 per tahun, naik dari 21 di tahun 2018, dan jumlah penonton melonjak dari 4 juta menjadi 6,5 juta. Basis penggemar global kini mencapai lebih dari 826 juta orang.

Menariknya, meskipun terjadi pertumbuhan itu, emisi justru turun, sesuatu yang tidak akan terjadi tanpa adanya perubahan dalam cara olahraga ini dijalankan.

Tanpa perubahan tersebut, emisi bisa saja naik sekitar 10 persen dibandingkan tahun 2018.

Melansir Sustainability News, Jumat (25/7/2025) laporan Formula 1 menunjukkan bahwa mereka sudah lebih dari separuh jalan menuju target pemotongan emisi setidaknya 50 persen.

Organisasi tersebut juga berjanji, setiap emisi yang tidak bisa dihindari akan diimbangi menggunakan program offset (penyeimbang) yang tepercaya.

Baca juga: Jepang Luncurkan Oli Mesin untuk Balap Berbasis Tanaman Pertama di Dunia

Sebagai informasi pada akhir tahun 2024, jejak karbon Formula 1 (F1) adalah 168.720 ton setara CO2 (tCO2e), turun dari angka revisi tahun 2018 sebesar 228.793 tCO2e.

Stefano Domenicali, Presiden dan CEO Formula 1, mengatakan bahwa tujuan mencapai Net Zero pada tahun 2030 adalah nyata dan sudah menunjukkan hasil.

"Kami telah menunjukkan bahwa memungkinkan untuk mengembangkan olahraga sambil juga menjadi lebih berkelanjutan," katanya.

Menurut laporan FI, beberapa area utama yang membantu menurunkan emisi antara lain penggunaan energi terbarukan di pabrik dan kantor yang berhasil mengurangi emisi sebesar 59 persen.

Selain itu, Formula 1 juga menggunakan bahan bakar hayati (biofuel) untuk pengangkutan dan logistik. Penurunan emisi sebesar 9 persen dicapai dengan menggunakan kontainer kargo yang lebih ringan, pesawat yang lebih efisien, dan truk yang ditenagai biofuel.

Formula 1 juga memperluas penggunaan bahan bakar berkelanjutan dalam balapan.

Pada tahun 2025, semua mobil Formula 2 dan Formula 3 diharapkan menggunakan bahan bakar berkelanjutan yang canggih, diikuti oleh Formula 1 pada tahun 2026 bersamaan dengan diperkenalkannya mesin hibrida baru. Bahan bakar ini dirancang agar kompatibel dengan mobil jalan raya biasa.

Peralihan ke bahan bakar berkelanjutan di semua mobil F1 tahun depan dapat mendorong penggunaan yang lebih luas pada kendaraan sehari-hari dan alat transportasi lainnya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
PLTP Kamojang Hasilkan 1.326 GWh Listrik, Tekan Emisi 1,22 Juta Ton per Tahun
BUMN
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
Pertamina EP Cepu Dorong Desa Sidorejo Jadi Sentra Pertanian Organik Blora
BUMN
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pergerakan Manusia Melampaui Total Migrasi Satwa Liar, Apa Dampaknya?
Pemerintah
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Tambang Batu Bara Bekas Masih Lepaskan Karbon, Studi Ungkap
Pemerintah
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
KKP Pastikan Udang RI Bebas Radioaktif, Kini Ekspor Lagi ke AS
Pemerintah
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN
Pemerintah
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
75 Persen Hiu Paus di Papua Punya Luka, Tunjukkan Besarnya Ancaman yang Dihadapinya
LSM/Figur
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Jangan Sia-siakan Investasi Hijau China, Kunci Transisi Energi Indonesia Ada di Sini
Pemerintah
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Eropa Sepakat Target Iklim 2040, tapi Ambisinya Melemah, Minta Kelonggaran
Pemerintah
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Human Initiative Gelar Forum Kolaborasi Multipihak untuk Percepatan SDGs
Advertorial
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Batu Bara Sudah Tidak Cuan, Terus Bergantung Padanya Sama Saja Bunuh Diri Perlahan
Pemerintah
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
Kisah Nur Wahida Tekuni Songket hingga Raup Cuan di Mancanegara
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau